Oleh Nurkhairi (Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kabupaten Buol)
Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan kita. Digantikan oleh kehadiran Idul Fitri yang sudah tampak di depan mata. Aroma kehadirannya semakin terasa, walau cita rasa yang disuguhkannya bakal berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Semuanya tidak terlepas dari kehadiran Covid-19 yang menyertai hingga akhir Ramadhan tahun ini.
Sayup-sayup, seakan Ramadhan membisikkan pesan syahdu yang merasuki sukma. “Selamat tinggal wahai orang-orang yang beriman. Terima kasih karena kalian telah mengisi hari-hariku dengan semangat membaja berburu taqwa. Insya Allah tahun depan aku akan kembali hadir menjumpai kalian. Akan tetapi jika ternyata kalian telah tiada, karena telah berpulang menghadap Yang Maha Kuasa, Insya Allah aku akan setia menanti kalian di pintu surga.”
Kenangan spiritual selama bersama Ramadhan dalam setiap jiwa, bisa jadi nantinya akan berbeda-beda. Tergantung pada bagaimana pemaknaan dan apa yang telah dilakukan selama bersama Ramadhan. Keindahan suatu kebersamaan tidak selalu ditentukan oleh seberapa lamanya menjalani hidup bersama. Melainkan lebih ditentukan oleh seberapa besar kebersamaan tersebut terisi dengan aktivitas yang berkualitas sehingga mengesankan dan bermakna.
Ibadah puasa pada hakekatnya bukanlah tujuan, melainkah lebih merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan utama puasa Ramadhan adalah menjadikan pelakunya sebagai orang-orang yang bertaqwa. Demikian spirit yang dapat diambil dari firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 183.
Perjuangan dalam meraih tujuan, tidak akan pernah sunyi dari aral melintang. Mulai dari yang terlihat berat dan menyeramkan. Hingga yang tampak sepele tapi melenakan dan membahayakan. Jika tidak berhati-hati, tujuan yang ingin dacapai akan jadi berantakan. Bukankah telah banyak orang yang terpeleset dan terjatuh hanya karena menginjak kulit pisang yang sepele dan tidak pernah diperhitungkan. Tetap fokus pada tujuan akan membantu konsistensi kita dalam menggapai hasil dari suatu perjuangan. Menarik untuk disimak kisah berikut ini:
Seorang direktur perusahaan, sebut saja namanya Arul, yang berdomisili di kota Malang. Dia dijadwalkan menghadiri rapat penting esok hari di salah satu hotel berbintang yang ada di kota Jakarta. Perjalanan menuju Jakarta dipilihnya penerbangan Garuda dengan nomor penerbangan GA: 0313 pada pukul 11.10 WIB. Untuk menghindari macet di jalan, diputuskannya berangkat pukul 05.00 WIB menuju Bandara Juanda Surabaya menggunakan mobil perusahaan. Setibanya di Bandara, dia masih memiliki banyak waktu untuk bersantai menunggu keberangkatan pesawat. Guna mengusir kejenuhan, ia berjalan-jalan di sekitar bandara sembari menyaksikan hiruk-pikuk yang ada. Tiba-tiba tatapan matanya tertuju pada sebuah timbangan elektronik canggih yang dapat mendeteksi dengan tepat identitas, tujuan perjalanan, dan kendaraan yang digunakan, berikut jam keberangkatan seseorang yang menggunakannya. Cukup dengan memasukkan tiga keping uang logam seribuan ke dalam timbangan tersebut.