Secara singkat dapat dikatakan, bahwa berbuat kebajikan menjadi kegemaran yang sangat menyenangkan bagi orang-orang yang di dalam jiwanya terpateri nilai-nilai ketaqwaan. Bagi mereka kebahagiaan hidup di dunia harus ditebarkan kepada sesama. Mereka enggan menuju surga sendirian, apalagi mengaplingnya seakan milik pribadi. Melainkan berusaha untuk mengajak sebanyak mungkin umat manusia agar dapat bersama-sama meniti surga dan menikmatinya. Mereka tidak pernah risau apakah yang dilakukan mendapatkan perhargaan atau hinaan. Harapannnya hanya agar Allah ridha terhadap mereka dan memaafkan atas segala kesalahan dan kekurangan mereka. Harapan itu selalu menghiasi dan membasahi lisan mereka, mewujud dalam zikir selama Ramadhan. Tidak hanya sesaat menjelang berbuka, seusai salat Tarawawih dan Witir, atau di kala berburu Lailatul Qadar saja. Tapi di setiap detak jantung dan keluar masuk tarikan nafasnya. Bahkan terbawa terus hingga akhir hayatnya.
Allaahumma innaa nasaluka ridlaaka wal jannah, wa na’udzubika min sakhathika wannaar. Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annaa yaa kariim. (” Ya Allah, kami memohon kepada Mu keridhaan-Mu dan syurga. Dan kami memohon perlindungan kepada Mu dari murka-Mu dan azab neraka. Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang meminta ampunan, ampunilah kami Wahai Dzat Yang Maha Pemurah)”.
Akhirnya, marilah selalu saling mengingatkan dan menguatkan untuk tetap fokus pada tujuan dari ibadah puasa yang kita kerjakan. Hal tersebut diperlukan agar saat Ramadhan berlalu kita sukses meraih predikat taqwa. Sekaligus dapat merealisasikannya secara nyata dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara saat Ramadhan meninggalkan kita. Semoga perlindungan dan hidayah Allah senantiasa menyertai kita. Dan semoga Allah berkenan segera mengangkat covid -19 dari daerah, bangsa dan Negara kita. Amin. ***