Oleh Nurkhairi (Kemenag Kabupaten Buol)
Segala puji bagi Allah, yang telah menakdirkan kita menjumpai Hari Raya Idulfitri pada tahun 1441 Hijriyah ini. Walaupun suasana Ramadhan dan a Idulfitri yang kita jalani sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemik covid 19 yang melanda dunia. Dan nyaris memporak-porandakan semua sendi kehidupan manusia. Jangan sampai karena itu, menyebabkan rasa syukur kita kepada Allah berkurang adanya. Karena pastinya, apapun yang dikehendaki oleh Allah adalah demi kebaikan kita semata. Bukankah Allah telah menyapa kita melalui firman-Nya:
‘ . . . Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. QS. Al-Baqarah (2): 216).’
Tentu tidak pernah terbayang sebelumnya, bila kita berada dalam situasi sulit seperti saat sekarang ini. Gegap gempita setiap Ramadhan dan Idulfitri tiba. Kali ini, semuanya sunyi terasa, kegiatan berjamaah dikerjakan di rumah. Seakan-akan Allah sedang menutup pintu-pintu rumahnya nan suci. Mulai dari masjid, musholah, hingga Makkatul Mukarromah dan Madinatul Munawwaroh. “Ya Allah, ampuni kami jika ternyata Engkau sedang marah”.
Selama ini, banyak masjid terbangun megah, namun sepi dari shalat jamaah. Musholla bertebaran, namun sebagian besar berdebu dan terabaikan. Saat adzan dikumandangkan, tidak jarang justru menggerutu atau bahkan enggan memenuhi panggilan. Tarawih ramai namun hanya di awal Ramadhan. Ketika lebaran, silaturahmi berubah android yang menggantikan.
Kini, saat tak bebas lagi bersujud di rumah-rumah Allah yang suci. Tidak leluasa lagi bersilaturahmi dengan saling mengunjungi. Tak lagi diizinkan berkumpul banyak orang walau itu untuk pengajian. Diperkirakan covid 19 masih akan mengakibatkan terus bertambahnya nyawa berjatuhan. Diperparah dengan kondisi perekonomian yang memperihatinkan. Belum saatnyakah untuk bergegas bertaubat dengan penuh kesungguhan. Sembari bertanya melalui relung hati terdalam: “Apa gerangan pesan cinta yang ingin Allah sampaikan?”
Melalui virus corona yang amat kecil sehingga tak terlihat mata. Namun menjadi ancaman umat manusia di dunia. Mungkin Allah sedang mengingatkan, bahwa kita adalah makhluknya yang lemah tak berdaya berhadapan dengan kuasa-Nya. Sekaligus memanggil kita dengan cara-Nya, agar menghampirinya dengan penuh penghambaan. Jika selama ini kita sering ingin ke surga sendirian. Ternyata, keluarga tidak boleh diabaikan. Harus diajak bersama dengan segala daya upaya meniti surga dengan memperbanyak beribadah kepada-Nya. Mewujudkan prinsip yang diajarkan oleh Baginda Nabi: ‘Rumahku adalah surgaku.’