Oleh Muhd Nur Sangadji*
Di kampus ku terungkap kabar tentang kriminal. Ternyata pelaku pencurian selama ini adalah mahasiswa. Satu atau sekelompok. Mereka berkeliaran di banyak tempat. Bahkan, di mushala, dengan pura pura ikut salat.
Spontan saya balas postingan karib di WA Fakultas. “Trims infonya Pak Irwan Lakani”. Lantas saya ajak, mari bersama kita berdoa. “Duhai Allah, ampunilah kami selaku Guru yang selama ini mendidik mereka”. Saya juga mengajak berdoa, “semoga terungkap pula pencuri yang lebih besar”. Doa terakhir ini untuk merespon informasi media lokal.
Tidak lama berselang. Muncul berita yang menggemparkan Indonesia. Rektor sebuah perguruan tinggi ternama terciduk KPK. Bersama Inspektorat Kementerian Pendidikan, rektor bernasib apes ini ditangkap. Angka penyelewengannya hanya kurang dari Rp50 juta saja. Tapi, tetaplah kejahatan. Bahwa ada kejahatan yang lebih besar tidak terungkap. Itu, soal yang lain lagi.
SUARA LANGIT
Saya tidak tahu mau bilang apa lagi atas dua kejadian ini. Murid dan guru sama-sama berbuat nista. Maka, dengan menggunakan standar iman terendah. Saya mengajak karib saya semua kaum ilmuwan untuk lebih khusyuk berdoa. Berdoa sesuai keyakinan agama masing-masing agar dijauhkan dari musibah lantaran kealpaan bersama.
“Allahumma arinal haqqa haqqan, warzuknat tiba’ah wa arinal batila batilan warzuqnaj tinaba, birahmatika yaa arhamar rahimeen. (Yaa Allah tunjukan yang hak itu hak dan beri kekuatan kami untuk menjalaninya serta tunjukkan pula yang bathil terlihat bathil dan juga beri kekuatan kami untuk menghindarinya). Dan, pahatkan ke hati kami keyakinan bahwa, “Innal batila kana zahuqa”. (sesungguhnya yang bathil pasti hancur).
Duhai pencipta langit dan bumi. Janganlah hukum kami karena kelalaian bersaksi. Sebagaimana seruan mu, “Wala talbisul haqqa bil bathil, wataktumul haqqa wa antum ta’lamun (Q, S Al Baqarah, 42). “Dan janganlah kamu campur kan yang hak dan batil,, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, padahal kamu mengetahui”,
Seruan-seruan langit ini, sesungguhnya bahagian dari bahan ceramah ku di masjid sepanjang Ramadhan. Namun, karena Covid 19, semua jadwal batal. Maka, izinkan saya untuk menumpahkannya di artikel ini.