Sesat Pikir Memahami Opini Seorang Akademisi

  • Whatsapp
Satria Hamzah. Foto: Istimewa

Bagi sebagain besar orang, tulisan ini tentu dapat menjadi stimulan pada kita untuk senantiasa bekerja sama dan terus berupaya menjaga nama institusi pendidikan agar tidak tercoreng oleh oknum-oknum yang ingin memperkaya diri sendiri atau pun hal-hal yang sifatnya merugikan.

Namun, pada 29 Mei kemarin, hanya berselang dua hari setelah tulisan bapak Dr. Ir. Muh. Nur Sangadji, DEA. dipublikasi, sebuah kritik lahir dari mahasiswa yang mempunyai almamater yang sama dengan beliau. Kritik itu tidak menyoroti objek persoalan yang sama dalam tulisan beliau. Justru kritik itu dilontarkan pada buah pikiran dalam tulisannya.

Bacaan Lainnya

Dalam sebuah judul yang sensasional, “Mahasiswa Untad Protes Keras Pernyataan Nur Sangadji”, mahasiswa tersebut menyatakan dirinya bersama mahasiswa lainnya akan menagih pertanggung jawaban dari beliau. Terus terang saja, saya tidak paham di mana letak kesalahan dalam tulisan akademisi UNTAD tersebut, sampai-sampai harus dimintai pertanggung jawaban. Bahkan saya telah membacanya secara berulang-ulang. Dan tentu saja, saya tidak termaksud dalam “mahasiswa lainnya” itu.

Dasar yang disampaikan oleh oknum mahasiswa yang mengkritisi tulisan tersebut bukan hanya mengandung tafsir yang salah pada tulisan bapak Nur Sangadji, melainkan juga terkesan menasehati dengan kata-kata “bijaknya”. Dan jelas bahwa salah satu poin yang dituntut mahasiswa tersebut adalah “Mahasiswa di kampus mana dan Rektor di kampus mana.”

Barangkali ini tidak layak disalahkan sepenuhnya. Karena ini hanyalah pertanyaan lugu yang lahir dari kekurangan informasi. Atau bisa jadi memang karena membaca opini yang dikritisi tidak sampai selesai. Kalau pun dibaca sampai selesai, barangkali pemahamannya yang tidak sampai pada konteks tulisan tersebut.

Mari kita masuk ke inti poin yang diangkat oleh mahasiswa tersebut. Dalam tulisannya yang mencantumkan isi kitab suci itu, ia mengutip sepotong tulisan bapak Dr.Ir. Muh. Nur Sangadji, DEA. “Dikampusku terungkap kabar tentang kriminal, ternyata pelaku pencurian selama ini adalah mahasiswa. Satu kelompok. Mereka berkeliaran di banyak tempat. Bahkan, di mushola, dengan pura-pura ikut solat.”

Pos terkait