Presiden Jokowi terus memberikan motivasi kepada para pembantunya, termasuk kepada seluruh kepala daerahnya agar bahu membahu dan terus bersemangat “melawan” pandemik Covid-19 dan dampak yang ditimbulkan. Di hari Rabu, tanggal 15 Juli 2020, Presiden Joko Widodo , bertempat di Istana Negara di hadapan para gubernur mengatakan sutuasi dan kondisi ekonomi Indonesia “mengerikan”. Harapan kita di kuartal tiga kiranya ekonomi kita tidak tumbuh negatif. Dan ini hanya bisa dilakukan oleh belanja pemerintah yang tersisa di tahun 2020. Harus “gas poll” tapi remnya juga yang pakem agar tidak kebablasan.
Sinyal ini telah ditangkap Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian dan melakukan road show ke sejumlah daerah untuk melihat kesiapan daerah menyelenggarakan Pilkada serentak tahun 2020. Dari hasil road show, baru satu daerah yang dinilai siap menyelenggarakan Pilkada dilihat dari kondisi fiskal dan keamanan. Boleh jadi Pilkada 2020 ditunda kalau dipandang pelaksanaannya justru membuat ekonomi pada triwulan tiga dan empat tumbuh negatif.
Karena itu, Pertama, bahwa Pilkada serentak dalam kondisi pandemik Covid-19 menjadi sangat penting dan strategis. Tidak lagi sekedar eforia mengusung calon untuk kemudian menang, tetapi harus lebih prihatin dan berpihak bagi kepentingan yang lebih besar yaitu tidak terperosok jauh ke “jurang krisis ekonomi”. Penyelenggara Pilkada mampu menciptakan iklim yang kondusif agar konflik sosial yang biasa terjadi, karena berbeda kepentingan dapat diminimalkan.
Sinyalemen bahwa Pilkada 2020 akan ditunda, bisa saja menjadi kenyataan bila dinilai bahwa banyak daerah yang belum siap menciptakan iklim yang kondusif dalam penyelenggaraan Pilkada.
Kedua, pemberlakuan New Normal di era Pandemic Covid-19 memberi indikasi bahwa bisnis dengan cara konvensional sudah ketinggalan dan digantikan cara digitalisasi. Demikian pula dengan tatakelola penyelenggaraan pemerintahan.
Ini menjadi persoalan baru karena sebagian besar angkatan kerja di sektor UMKM serta di birokrasi masih berada di bawah pengaruh cara kerja konvensional.
Ketiga, tantangan ke depan akibat pandemik Covid-19 semakin berat dan dibutuhkan figur pemimpin tidak sekedar popular, apalagi oleh skenario pencitraan. Saatnya butuh figur yang populer karena berkualitas dan didorong oleh satu skenario pencitraan yang akademik, tidak lagi dengan cara memanjakan masyarakat. Saatnya tanggalkan semua kepentingan kelompok demi kepentingan masyarakat serta keselamatan negara.