Berani Benar, Meskipun Sendiri

  • Whatsapp
Muh. Nur sangadji

Jadi benar, tidak akan pernah ada orang di senangi semua orang. Tapi yang terpenting, kita ada di pihak yang benar. Meskipun dibenci manusia satu kolong bumi. Sebagus apa pun akhlaknya kita. Sebab, kurang apa mulianya akhlak para nabi. Tapi relatif, hampir tidak ada nabi yang tidak dibenci oleh umatnya.

Nabi Muhammad SAW dalam keyakinan kaum Muslimin, dilempari umat di negeri Thaif. Riwayat menyebut, berdarah-darah karena gigi beliau patah. Juga, direncanakan dibunuh kaum khafir Qurais hingga hijrah ke Madinah. Sementara, Nabi Isa dalam keyakinan kaum Kristiani, disiksa di tiang salib. Semunya karena mengajak kepada kebenaran. Lantas, kurang apa akhlak keduanya..? Selembut apa ajakan mereka ?

Bacaan Lainnya


Saya dikirimi cerita tentang lukisan dari pelukis Prancis, Jean Leon Gerome, tahun 1896. Judulnya : “kebenaran keluar dari sumur.” Menurut legenda abad 19, pada suatu hari Kebenaran dan Kebohongan bertemu.Kebohongan berkata kepada Kebenaran: “Hari ini luar biasa indahnya!”

Kebenaran memandang ke sekeliling dan mengangguk, “Ya, memang indah. Merekapun berjalan2, hingga tibalah disamping sebuah sumur.Kebohongan membujuk Kebenaran, “Airnya sangat nyaman, ayo kita mandi bersama.Kebenaran menguji air itu dan ternyata memang sungguh nyaman.

Mereka membuka pakaian dan mulai mandi. Tiba-tiba Kebohongan keluar dari air, merebut dan memakai pakaian Kebenaran lalu melarikan diri. Kebenaran terkejut dan marah, ia segera keluar dan.mengejar Kebohongan. Ketika melihat Kebenaran telanjang, Dunia spontan mengalihkan pandangannya dengan rasa jijik dan marah. Kebenaran yang malang akhirnya kembali ke sumur dan lenyap bersembunyi memendam rasa malunya.

Sejak itu Kebohongan berkeliling dengan mengenakan pakaian Kebenaran guna memuaskan kebutuhan manusia. Dunia tidak punya keinginan dan keberanian untuk berhadapan dengan Kebenaran yang telanjang, yang mengusik hati nuraninya. Tidak ada lagi yang berani melawan kebohongan, meskipun mereka tahu.


Berhikmah pada cerita ini, saya berfikir untuk bikin indikator hidup. Berpatoklah pada nurani sendiri. Kalau kita berperangai buruk. Insya Allah yang menolak atau bahkan membenci adalah orang baik. Sebaliknya, kalau kita orang baik. Pasti, yang memusuhi adalah orang jahat. Itu, hukum kehidupan.

Pos terkait