Tak Jadi Generasi yang Terjebak Pikiran Lama

  • Whatsapp

Mereka semua diam, karena mulai pagi ketika pintu air tambak dibuka hingga udang yang terakhir, dua truck telah terisi penuh untuk dipasarkan ke Surabaya diangkut menggunakan kapal Fery melalui pelabuhan Makassar.

Tidak lagi terdengar ada komentar karena tambak dengan ukuran 1000 meter persegi dapat dipanen udang sekitar 8 ton. Sebelumnya telah dipanen parsial sebanyak 7,0 ton di tambak yang sama. Sehingga totalnya 15 ton dalam satu siklus budidaya.

Bacaan Lainnya

Dua contoh kasus di atas adalah orang- orang yang terperangkap dengan pikiran masa lalu. Mereka tidak menyadari bahwa era digital telah membawa perubahan begitu cepat. Di YouTube hampir semua teknologi apa saja telah tersedia. Tinggal mengetik substansi yang dibutuhkan. Sehingga kalau mau maju tidak susah, banyak sumber informasi yang bisa diakses.

Prof  Rhenald  Kasali, tokoh yang sering menulis tentang perubahan menyebut orang orang seperti ini adalah generasi yang gagal Move on. Artinya generasi yang tidak mau mengikuti satu perubahan, padahal kereta perubahan telah tiba dan segera meninggalkan stasiun. Jika terlambat naik, maka akan tertinggal di stasiun. Dan ini merupakan kereta terakhir.

Di tahun 2019 saya pernah menulis artikel berkaitan dengan generasi. Sesungguhnya ada tiga generasi saat ini. Pertama generasi milenial, lahir setelah tahun 1980. Kedua, generasi non milenial atau baby boomers yang lahir sebelum tahun 1980. Ketiga, generasi intercect atau irisan antara generasi milenial dan non milenial.

Milenial umumnya adaptif, update dan inovatif. Dan baby boomers cenderung kebalikan dari milenial dan ada ketergantungan. Sedang generasi intercect dibagi menjadi dua kelompok. Intercect pertama, usianya milenial tetapi cara berpikir baby boomers. Contoh tukang batu dan tenaga teknis budidaya udang termasuk kategori ini.

Intercect kedua, adalah usia baby boomers, namun cara berpikirnya relevan atau mengikuti milenial. Banyak tokoh dunia dan nasional telah berusia senja, namun cara berpikir masih relevan dengan tuntutan kebutuhan. Saat ini usia bukan lagi menjadi pembeda tetapi relevansi berpikir.

Pricewaterhouse Cooper (2017) dalam analisisnya mengemukakan bahwa di tahun 2045, Indonesia akan menjadi raksasa ekonomi di peringkat lima dunia bila mampu memanfaatkan SDA secara baik dan berkelanjutan dengan nilai PDB di saat itu US$ 7 triliun . Saat ini (2019) baru mencapai US$ 1 triliun.

Pos terkait