Oleh Firima Zona Tanjung*
BENCANA alam yang menimpa masyarakat Indonesia dalam tiga pekan terakhir menimbulkan duka yang mendalam bagi kita semua. Namun, disisi lain, kita pun semakin menyadari bahwa potensi bencana alam begitu tinggi di negeri ini.
Merespon potensi bencana alam yang cukup tinggi di Indonesia, Presiden Joko Widodo telah menyebutkan lima poin penting dalam arahan Presiden saat menghadiri Rakornas Penanggulangan Bencana 4 Februari 2020 lalu. Di antaranya, sinergitas antara instansi pemerintah pusat dan daerah dalam pencegahan, mitigasi, dan peningkatan kesiapsiagaan. Setiap pemimpin daerah harus tanggap dalam penyusunan rencana kontinjensi, penggunaan pendekatan kolaboratif dalam penanggulangan bencana, kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam peningkatan kepemimpinan dan pengembangan sumberdaya manusia yang andal dalam penanggulangan bencana. Dan, keikutsertaan Panglima TNI dan Kapolri dalam mendukung upaya penanggulangan bencana termasuk penegakan hukum.
Dari arahan yang disampaikan oleh Presiden, salah satu poin yang menarik adalah poin keempat, yaitu signifikansi pendekatan kolaboratif antara unsur pemerintah, akademisi dan peneliti, dunia usaha, masyarakat, serta dukungan media massa guna menanggulangi bencana. Kolaborasi antarunsur menjadi aksi kunci yang diharapkan mampu berkontribusi pada kesiapsiagaan, ketanggapan, dan penurunan korban jiwa apabila terjadi bencana.
Adapun unsur terkecil yang berdampak besar pada efektivitas penanggulangan bencana adalah unsur masyarakat. Unsur ini harus literat terhadap bencana dan keterlibatan unsur ini dapat dimulai dari keluarga sebagai pranata sosial pertama. Lalu, peran apa yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam menumbuhkan literasi kebencanaan?
Mengenalkan Ragam Bencana Alam
Ada berbagai bencana alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti gempa bumi, longsor, banjir, gunung meletus dan lain-lain. Tentu saja hal ini harus diketahui oleh setiap individu dalam suatu keluarga. Pengenalan ragam bencana ini dapat dimulai dengan cara sederhana semisal untuk anak usia 5-12 tahun, orang tua dapat mendongeng atau menggunakan pendekatan multimodal, yaitu pendekatan yang mengkaji teks, gambar, dan audiovisual sehingga membantu setiap anggota keluarga untuk mengetahui, menganalisis, memaknai, dan terinformasikan dengan jelas terkait bahaya bencana dan cara menyelamatkan diri.