Peringati Harlah NU Ke-95, Ini Pesan Rois Syuriah NU Buol

  • Whatsapp
PCNU Kabupaten Buol bersama Badan Otonomnya (BANOM) menggelar zikir dan pengajian dalam memperingati Hari Lahir (Harlah) NU ke-95, Minggu (31/1/2021), di Masjid Nurul Iman Kelurahan Leok 1, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol. Foto: Kiriman Nurkhairi

PALU EKSPRES, BUOL– PCNU Kabupaten Buol bersama Badan Otonomnya (BANOM) menggelar zikir dan pengajian dalam memperingati Hari Lahir (Harlah) NU ke-95, Minggu (31/1/2021), di Masjid Nurul Iman Kelurahan Leok 1, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol.

Kegiatan yang mengusung tema Khidmah NU: Menyebarkan Aswaja dan Meneguhkan Komitmen Kebangsaan itu, diawali dengan salat Magrib berjamaah, dilanjutkan dengan Zikir Rotibul Haddad.

Bacaan Lainnya

Menunggu tibanya waktu salat Isya, diisi tausiah singkat seputar sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) yang disampaikan oleh Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Buol, Drs. H. Nadjamuddin Baropo, M.Pd. Usai salat Isya berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan oleh Rois Syuriah PCNU Kabupaten Buol, Nurkhairi, S.Ag., M.S.I.

Dalam tausiahnya, Nurkhairi yang saat ini juga menjabat sebagai kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buol menyampaikan beberapa poin penting. Di antaranya,  berkaitan dengan identitas yang harus melekat pada diri setiap warga NU. Menurutnya, Jamiyyah NU merupakan organisasi kemasyarakatan terbesar. Tidak hanya di nusantara, melainkan juga terbesar di dunia.

“NU memegang teguh idiologi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja),” kata Nurkhairi.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, banyak ditemukan kelompok yang juga mengklaim diri beridiologi Aswaja. Untuk menegaskan keorisinilan sekaligus pembeda praktik Aswaja yang dipedomani NU dengan yang lainnya, maka disematkanlah di belakang Aswaja kata ‘An-Nahdliyah’. Sehingga kemudian menjadi Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah.

Nurkhairi yang akrab disapa dengan Nur ini, menjelaskan,  dalam aktivitas keseharian ada empat ciri utama pada diri warga Nahdliyin.  Pertama, terkait dengan amaliyah atau praktik dalam beribadah. NU sangat teguh pada pakem ideologi Aswaja yang berpedoman pada Alquran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas dengan sanad keilmuan yang jelas. Dalam persoalan fiqih, NU  memegangi  salah satu madzhab empat, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali. Sementara dalam segi aqidah, NU berpegang pada manhaj yang telah dirumuskan oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Sedangkan dalam bertasawuf, berpegang pada konsep yang dikemas oleh Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali. “Apabila ada yang mengaku sebagai orang NU, tetapi amaliyahnya tidak relevan sebagaimana kriteria yang disebutkan, maka sejatinya dia bukanlah orang NU,” tandasnya.

Pos terkait