Ranking Universitas

  • Whatsapp
Muhd Nur sangadji
Dr. Ir. Nur Sangadji DEA. Foto: Dok

Oleh Muhd Nur Sangadji

ARTIKEL ini sudah saya tulis dua tiga tahun silam. Tapi tak sempat dipublis. Kala itu, seorang karib mengirim berita tentang ranking 50 universitas terbaik di Indonesia. Saya mencari nama universitas Tadulako tempat saya mengajar. Ternyata, tidak ada namanya di urutan itu.

Bacaan Lainnya

Padahal, belum capai sebulan, ada info universitas ini bertengger pada urutan 23. Sekarang, 2021 ini, muncul lagi 100 universitas terbaik di Indonesia. Kali ini, kami ada di urutan lima puluhan.


Sebenarnya, sudah lama sekali, saya paling tidak bangga dengan perengkingan- perengkingan ini. Kecewa karena saya melihat tidak begitu di faktanya. Tiba tiba, di tahun 2021 ini, terkuak skandal besar menimpa universitas ku. Ada orang menjebol sistem IT kampus untuk tukar nilai mahasiswa dan meraup untung dalam pembayaran SPP. Celakanya, telah berlangsung sejak 2014. Jadi, sudah 6 tahun lamanya.

Karena itu, sebagai anggota Senat Universitas, saya minta kawan-kawan untuk berhentilah memuji diri atau bersedih dengan status-status ini. Kita harus lebih jujur untuk bilang capaian kita yang sesungguhnya agar kita tahu apa kekurangan yang harus kita perbaiki melalui solusi permanen.

Kebiasaan memburu pencitraan semata, bukan cuma tidak sehat tapi tidak bermoral karena menipu generasi. Dia akan meledak satu saat, ketika segalanya tidak tertutupi lagi.

Sebab itu, mari ukur diri sendiri saat dipuji. Setiap universitas penting malakukannya. Semua pujian pasti punya kriteria. Tapi, tidak semua kriteria terlihat sebagai ukuran. Sama hikmahnya, bila orang memuji muji kita, maka sadarlah bahwa itu karena Allah menutupi sebagian dari aib sehingga tidak terlihat.


Pandangan ini, saya urai sambil menonton atau bersamaan dengan live TV ONE yg menampilkan Ahmad Albar. Judulnya sangat relevan dan menukik pada pandangan ini. “Panggung Sandiwara” dan “Kejujuran”.

Tahun 1982, saya masuk diuniversitas Tadulako. Semuanya masih serba manual masin ketik. Tapi tidak terdengar kekacauan akademik, setingkat presensi kuliah. Apalagi, nilai dan penipuan bayar SPP.

Hampir 40 tahun kemudian, bersamaan dgn IT berkembang pesat. Urusan kita menjadi lebih amburadul dari mesin ketik yg manual…? Aneh. Ternyata, ada kejahatan pembobolan IT. Mengapa bisa ? Ada yang menduga, oknum orang dalam ikut serta.

Pos terkait