Pembelajaran
Belajar dari sejarah dua korea; Habituasi idologi setengah hati menjadi titk rawan masuknya idiologi lain. Meskipun idiologi lain tidak mengakar pada budaya bangsa sendiri, tetapi lambat laun akan mampu merubah pandangan sesama anak bangsa terhadap bangsanya, dan berlahan akan membentuk polarisasi pemikiran. Kondisi bangsa yang labil menjadi lahan subur bersemainya bibit unggul perpecahan, yang bisa dimanfaatkan kekuatan eksternal untuk mengambil keuntungan, sesuai dengan kepentingannya.
Hubungan dengan negara luar termasuk yang memiliki pengaruh besar, semisal Cina, Amerika dan Rusia perlu dibangun dan dijaga kesinambungannya, tetapi dalam takaran tertentu tidak bisa ditolirir bila sudah melampui batas idiologi, martabat dan demarkasi kedaulatan bangsa. Kerjasama dengan bangsa manapun dan dalam bidang apapun seharusnya dibangun atas semangat kesetaraan, guna memperkokoh kedaulatan dan kemandirian masing masing bangsa, bukan memperpanjang dan memperdalam ketergantungan, sehingga satu bangsa dengan leluasa mendikte bangsa lain hanya untuk melindungi kepentingannya. Bermodalkan luas wilayah, jumlah penduduk dan ketersediaan sumber daya alam, serta idiologi yang mampu membingkai keragaman dalam kebersamaan, kita layak menegakan kepala bahkan membusungkan dada di tengah percaturan global, sebagai ungkapan kemandirian anak bangsa. Wallahua’lam bishawab.
Penulis Widyaiswara BPSDM Provinsi Sulteng.