Merawat Kemandirian Bangsa

  • Whatsapp
Bahrun ML. Foto: Istimewa

Pembelajaran

Belajar dari sejarah dua korea; Habituasi  idologi setengah hati menjadi titk rawan masuknya  idiologi lain. Meskipun idiologi lain tidak mengakar pada budaya bangsa sendiri, tetapi lambat laun akan mampu merubah pandangan sesama anak bangsa terhadap bangsanya, dan berlahan akan membentuk polarisasi pemikiran.  Kondisi bangsa yang labil menjadi lahan subur bersemainya  bibit unggul perpecahan, yang bisa dimanfaatkan kekuatan eksternal untuk mengambil keuntungan, sesuai dengan kepentingannya.  

Bacaan Lainnya

Hubungan dengan   negara luar termasuk yang memiliki pengaruh besar, semisal Cina, Amerika dan Rusia perlu dibangun dan dijaga kesinambungannya, tetapi dalam takaran  tertentu tidak bisa ditolirir bila sudah melampui batas idiologi, martabat dan demarkasi kedaulatan  bangsa. Kerjasama  dengan bangsa manapun dan dalam bidang apapun seharusnya dibangun atas semangat kesetaraan, guna memperkokoh  kedaulatan dan kemandirian masing masing bangsa, bukan memperpanjang dan memperdalam ketergantungan, sehingga  satu bangsa  dengan leluasa mendikte bangsa lain hanya untuk melindungi kepentingannya. Bermodalkan luas wilayah, jumlah penduduk dan ketersediaan sumber daya alam, serta idiologi yang mampu membingkai keragaman dalam kebersamaan, kita layak menegakan kepala bahkan membusungkan dada di tengah percaturan global, sebagai ungkapan kemandirian anak bangsa. Wallahua’lam bishawab.  

          Penulis  Widyaiswara BPSDM Provinsi Sulteng.

Pos terkait