Berbagai hikmah saya temui. Di ruang UGD inilah, saya bersaksi tentang penderitaan. Penderitaan dari orang dan keluarga pasien. Orang datang silih berganti dengan penyakit yang beragam. Di sini tidak terlihat orang tertawa. Semuanya sedih dan kesakitan. Dengan sabar, para perawat melayani. Saya bayangkan, tiap hari mereka menerima tamu bertipe begini. Mereka mesti bermental baja dan berjiwa pengabdian tinggi. Saya pernah tulis tentang mereka. Perawat ; Manusia Setengah Dewa.
Oleh karena mereka harus bertindak cepat maka “mind set” kemanusiaan yang profesional ini harus terbentuk. Aspek administrasi yang terkadang membuat gerakan cepat sedikit terhambat. Pertanyaan tentang asuransi misalnya. Di negara moderen, pertanyaan ini sudah tidak ada. Itu, kerena semua warga negara wajib hidup dengan asuransi kesehatan. Perawat dan dokter hanya fokus kepada penyakit pasien semata. Kualitas pelayanan menjadi bermutu.
Di UGD ini pula saya menyaksikan dengan mata kapala, ada pasien yang wafat di sebelah ranjang. Lalu, keluarga pasien mengamuk karena menganggap para medis kurang tanggap. Saya merenung, kapankah kita bebas dari persoalan pelayanan publik berkait kesehatan ini. Negara perlu beri perhatian sungguh-sungguh. Tentu saja tidak mudah, tapi tetap harus berupaya menjadi lebih berkualitas. Sebab, orang di negeri lain bisa.
Di atas segalanya, pasien itu adalah orang lemah, tak berdaya, pasrah dan berserah. Kekuatannya hanya satu yaitu, “sabar”. Wujud kongkrit dari panggilan untuknya, yakni ; Pasien atau Patien. ***