KETERANGAN PERS – Cipayung Plus anggap pemerintah tidak serius tumpas terorisme di Poso. OKP yang tergabung dalam Cipayung Plus menggelar keterangan pers, Rabu 11 Mei 2021. Foto: KIA/PE
PALU EKSPRES, PALU – Kasus penembakan yang oleh kelompok MIT di Poso sudah kesekian kalinya terjadi. Sejumlah warga sipil terus berjatuhan. Terbaru empat orang warga Kalimago – Lore Timur, Poso menjadi korban pembunuhan oleh sipil bersenjata yang diklaim oleh Polisi berasal dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Berulangnya kasus penembakan warga sipil, adalah cermin ketidakseriusan pemerintah dalam menumpas teroris di Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Poso. Ini disampaikan Kelompok Cipayung Plus pada konferensi pers di Sekber AJI, Rabu 13 Mei 2021. Cipayung plus adalah OKP gabungan yang terdiri dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiwa Katolik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswan Nasional Indonesia (GMNI) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMKI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) dan Himpunan Mahasiswa Buhdhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) serta Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM). Para ketua-ketua OKP ini mendesak ada evaluasi total kinerja otoritas keamanan di Sulawesi Tengah.
I Made Randya Wijaya dari KMHDI Sulteng, mempertanyakan kinerja aparat di Sulawesi Tengah. Operasi Tinombala katanya sudah berjilid-jilid tapi korban warga tak berdosa terus berjatuhan. Karena itu ia meminta ada evaluasi terhadap kinerja aparat di daerah ini. Peristiwa jatuhnya korban sudah berulang kali, karena itu ia mempertanyakan kinerja aparat keamanan di Sulawesi Tengah.
Di tempat yang sama, Ketua IMM Sulteng, Alvian menambahkan aparat keamanan telah gagal memberi rasa aman bagi warga Sulteng. Padahal aparat intelijen cukup banyak namun korban terus berjatuhan. Yakobus Pau dari PMKRI juga meminta agar ada evaluasi tuntas terhadap kinerja aparat di Sulawesi Tengah. Evaluasi penting untuk mengetahui dimana letak kesalahan operasi karena korban sipil terus berjatuhan. Sementara di satu sisi, publik tidak mengetahui seperti apa kinerja aparat di lapangan.
Sedangkan Caroline Ferandji Ketua HIKMAHBUDHI Kota Palu, menyayangkan banyaknya foto-foto korban penembakan di jagad media sosial. Menurut dia, tak sepatutnya warga yang mengabadikan gambar-gambar sadis itu menyebarkannya melalui media sosial. Hal itu katanya, tak sekadar menyebar ketakutan pada masyarakat. Namun yang dihindari jangan ada kesan glorifikasi pada kelompok bersenjata ini – seolah mereka orang-orang hebat yang mampu membunuh siapa pun. ”Ini namanya glorifikasi terhadap tindakan yang salah. Harus bisa menahan diri jangan seenaknya meneror masyarakat melalui foto-foto sadis,” ujarnya.