Kedua, mengedepankan persamaan. Dari sudut pandang dogmatis-teologis, setiap agama memiliki karakteristik yang khas dan membedakannya dari agama lain. Hal ini tergambar terutama pada tata cara beribadah atau sistem ritualnya masing-masing.
Namun, dari segi pesan-pesan moral yang bersifat sosiologis, terlihat jelas adanya nilai-nilai humanis universal yang disepakati oleh semua ajaran agama.
Untuk membangun komunikasi dan kerukunan lintas agama semestinya aspek- aspek persamaan inilah yang perlu di kedepankan. Bukannya menggali perbedaan-perbedaan yang memang sudah pasti ada.
Ketiga, Saling percaya, saling memahami.
Salah satu faktor yang kerap kali menjadi akar terjadinya konflik antar umat beragama adalah tidak adanyasaling percaya satu sama lain. Bila satu kelompok tidak mempercayai kelompok lain, maka segalaperilakunyaakan mudah dicurigai dan dalam kondisi seperti ini akan sangat mudah diprovokasi oleh pihak ketiga.
Oleh karena itu, memupuk rasa saling percaya satu sama lain merupakan salah satu kunci untuk membangun hubungan yang sehat antar penganut lintas agama.Saling percaya hanya dapat dibangun jika masing-masing pihak terbuka satu sama lain,serta saling memahami karakteristik ajaran agama masing-masing. Salah satu bentuk saling percaya dan saling memahami itu adalah tidak mudah menerima informasi-informasi yang provokatif dan berpotensi melahirkandesintegrasi.