Pendekatan Baru Budidaya Udang, Belajar dari Equador dan Mesir

  • Whatsapp
KEK Pangan berbasis Vaname oleh Dr Hasanuddin Atjo/ Foto: Istimewa

Di Indonesia secara umum derajat elevasi terhadap permukaan air laut rendah, bahkan tidak sedikit elevasi dasar tambak telah berada dibawah permukaan laut, sehingga proses pengeringan sulit diakukan dan upaya pengolahan tanah tidak bisa dilakukan. Ini akan berdampak terhadap upaya pemutusan siklus penyakit.

Diperlukan sebuah sistem drainase bagi kawasan pertambakan yang elevasinya selevel apalagi dibawah permukaan air laut agar bisa kering sempurna. Bagi kawasan levelnya lebih tinggi, maka pompanisasi diiperlukan untuk pengisian saja. Namun yang selevel atau dibawah seperti kebanyakan di Indonesia maka pompanisasi dibutuhkan baik pengisian maupun pengeringan.

Bacaan Lainnya

Ketiga, karena tuntutan dasar telah dipenuhi yaitu perbaikan genetik maupun lingkungan, maka Equador dengan mudah merencanakan dan mengimplementasikan mekanisasi yang diintegrasikan dengan digital. Telah dimulakan penggunaan auto feeder digital, untuk menggantikan tenaga manusia dalam pemberian pakan.

Masih akan menyusul lagi sejumlah mekanisasi-digital didalam industri budidayal udang di Equador yang akan mendorong daya saingnya untuk masuk pada era daya saing global yang bergerak begitu cepat, dinamis kadangkala tidak terlihat seperti gerakan perbaikan genetik.

Sebaiknya Indonesia lebih fokus menyelesaikan persoalan genetik dan lingkungan lebih dahulu, agar supporting yang lain seperti upaya digitalisasi, energi terbarukan akan masuk dengan sendirinya. Tidak lagi terperangkap, terjebak pada hal hal yang birokratis yang masih menjadi ciri dan kebiasaan.

Mendorong maupun memfasilitasi sektor swasta untuk berinvestasi terhadap usaha perbaikan genetik di Indonesia harus menjadi salah satu prioritas. Dan bila diperlukan diberikan insentif bagi investasi swasta yang akan masuk pada usaha perbaikan genetik dengan pola elaborasi.

Perlu didorong pemanfaatan areal atau kawasan pertambakan yang levelnya dibawah permukaan laut seperti di Pasena Lampung dan beberapa wilayah lainnya agar bisa produktif, tidak menjadi lahan mengganggur. Teknologi drainase untuk pengeringan sudah tersedia dan banyak pilihan.

*****

Terakhir. Dari uraian di atas tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa dilakukan. Elaborasi dalam hal mengembangkan inovasi teknologi adalah kunci dari kesemuanya dan membuat Equador maupun Mesir mampu menjadi terdepan.

Pertanyaanya mampukah negeri ini membangun elaborasi inovasi dan teknologi, bisahkan membangun ekosistem bisnis yang pada saat ini telah menjadi trend. Mungkin perlu didiskusikan dan diulas pada lain kesempatan. Semoga***

(Penulis adalah Ketua Shrimp Club Indonesia Sulawesi, Doktor Penemu Pengelolaan Tambak Udang Vanamae Supraintensif)

Pos terkait