Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Sulawesi Tengah memiliki harapan musyawarah wilayah (Muswil) yang menjadi wadah untuk melahirkan ketua, tidak menimbulkan perpecahan internal.
Harapan itu disampaikan Ketua Steering Committee, Dr. Idham Chalid, SH, MH pada Rapat Panitia Musyawarah Wilayah IV BPW Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Sulteng, Rabu (26/10/2022), di Silae Convention Hall Palu.
Mantan ketua KKSS Provinsi Sulteng itu menyampaikan harapan muswil yang melahirkan ketua tanpa perpecahan bisa terwujud, kalau filosofi budaya Siapakatuo, Sipakalebbi, Sipakainge ( sikap saling menghormati atau menghargai, saling menasehati atau mengingatkan, dan saling memuliakan) tetap dijunjung tinggi warga KKSS.
Baca juga: KKSS Parimo Beri Bantuan 1,1 Ton Beras kepada Korban Gempa Majene, Sulbar
Sebab, belajar dari pengalaman sebelumnya, beberapa kegiatan muswil KKSS selalu berujung perpecahan.
“Ada tradisi di KKSS ini dan mudah- mudahan tidak berkembang, ikut berkompetisi, hasil kompetesi itu pecah dua. Ini saya bercerita, sudah beberapa kali kita muswil, pasti begitu. Ada yang tidak mau terima,” kata mantan Dekan Fakultas Hukum Untad itu.
Penyebabnya, semangat Sipakatuo, Sipakalebbi, dan Sipakainge, tidak terpatri pada jiwa masing-masing warga KKSS yang ikut berkompetisi. Saingannya dalam kompetisi tersebut dianggapnya lawan, bukan saudara sendiri. Sehingga, tercipta kondisi bahwa saingan dalam Muswil adalah lawan yang harus dikalahkan, bagaimanpun itu caranya.
Baca juga: Sattar Taba Minta KKSS Nobar Film Anak Muda Palsu
Filosopi budaya Sipakatuo, Sipakalebbi, dan Sipakainge (3 S) yang sudah jadi turun temurun ditanamkan bagi warga KKSS, luntur hanya karena syahwat kompetisi.
Lebih ironis lagi, jika ada perseteruan di daerah, pimpinan pusat ikut terlibat. Filosofi 3 S itu jadinya simbolik semata. Sulit dilaksanakan dalam praktik keseharian.
“Belum pernah ada muswil KKSS yang tidak ribut. Kata-kata filosopi tadi itu ibarat sajak yang nyaring kedengaran, tapi praktiknya itu susah,” kata Idham Halik.
Ia menambahkan, belajar dari pengalam tersebut, warga KKSS di Sulawesi Tengah tak ingin mengulang keselahan tersebut. Dalam persfektif Idham Chalid, ia menganggap perpecahan hasil muswil sebagai kecelakan sejarah.