Petani Petasia Cerita Nasibnya Jadi Korban Perampasan Lahan oleh PT ANA

  • Whatsapp
Petani asal Morowali Utara didampingi FRAS Sulteng menggelar konferensi pers di kantor Komnas HAM Perwakilan Sulteng, Palu, Senin (14/11/2022). Foto: Abidin/PE

Salah seorang petani asal Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Ambo Enre, tak mampu menahan airmatanya saat memaparkan  mengenai kondisi yang dialaminya bersama keluarganya akibat dugaan perampasan lahan yang dilakukan  PT Agro Nusa Abadi (PT ANA).

“PT ANA (PT Agro Nusa Abadi) secara brutal telah merampas tanah orangtua kami yang menjadi sumber penghidupan kami selama ini,” kata Ambo Enre di hadapan sejumlah awak media di kantor Komnas HAM Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah, Senin (14/11/2022).

Ambo Enre hanya segelintir dari ratusan petani yang menjadi korban dugaan perampasan lahan oleh PT ANA.  

Menurut anggota Serikat Petani Petasia Timur ini, ratusan petani senasib dengan dirinya yang telah kehilangan lahan bertani akibat perampasan lahan oleh PT ANA. Padahal, lahan tersebut telah digarap para petani, jauh sebelum kedatangan PT ANA ke Morowali Utara.

Baca juga : PSU Morut, PT Ana Diharapkan Beri Ruang bagi Karyawannya

Ia bersama orangtuanya telah bermukim dan menggarap lahan tersebut sejak 1993. Kemudian, PT ANA mulai datang ke Morowali Utara pada 2006 dan menjanjikan kesejahteraan kepada para petani.

 “Di atas lahan yang dirampas PT ANA, masih ada berdiri pondok kami yang menjadi bukti bahwa sebelum PT ANA datang mencaplok lahan kami, kami telah menggarap lahan tersebut,” ujar Ambo sambil sesekali menghapus air matanya dengan tisu yang kebetulan ada di atas meja rapat komisioner Komnas HAM Perwakilan Sulteng.

Ironisnya lanjut Ambo, pemerintah daerah memberi apresiasi  bahwa PT ANA mendatangkan kesejahteraan kepada warga. “Masyarakat mana itu yang telah disejahterakan dengan kedatangan PT ANA, justru sebaliknya, kesengsaraan  yang dialami ratusan petani di wilayah itu,” kata Ambo.

Ambo mencoba untuk lebih banyak menyampaikan kondisi yang dialaminya bersama keluarganya serta ratusan petani di Petasia Timur.  Tapi beberapa kali Ambo Enre terlihat terbata-bata berbicara karena mencoba meredam kesedihannya setiap kali menyinggung kebrutalan PT ANA dan diskriminasi perlakuan yang telah dialaminya selama ini.

“Saya sendiri sudah dilaporkan ke Polres Morowali Utara,” ujarnya sembari mempersilakan rekannya menambahkan bagaimana kondisi petani di Morowali Utara yang terusir dari lahan yang selama ini telah digarap orangtuanya selama puluhan tahun.

Pos terkait