Resesi seks dan bonus demografi Indonesia 2045? Sejumlah negara mengalami resesi seks sebut saja China, Jepang dan paling terbaru adalah Korea Selatan. Indonesia pun disebut berpotensi mengalami resesi seks.
Lalu bagaimana dengan resesi seks, dan bonus demografi Indonesia 2045 bila ini terjadi?
Penelitian tentang resesi seks sebenarnya baru dilakukan Amerika Serikat. Hasilnya bahwa tidak ditemukan bukti adanya resesi seks pada populasi pria pada studi yang terbit tahun 2021 itu.
Penelitian itu mengatakan tingkat ketidakaktifan seks di antara pria konstan seiring waktu.
Namun memang ada perbedaan hasil ketika penelitian menyasar generasi Z. Gen Z yang lahir periode tahun
2000-2004, ternyata memiliki tingkat ketidakatifan dalam berhubungan seks dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Artinya generasi ini memang lebih jarang berhubungan seks.
Bagaimana Resesi Seks Indonesia?
Tentang resesi seks yang dialami oleh sejumlah negara di Asia Timur karena angka pernikahannya rendah seperti China, Korea Selatan, dan Jepang belum didukung oleh bukti ilmiah.
Di Indonesia sendiri resesi seks kemungkinan besar masih jauh terjadi. Sebab Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan angka pernikahan di Indonesia masih cukup tinggi.
“Indonesia itu setiap tahunnya ada 4,8 juta orang hamil. Kemudian setiap tahunnya ada dua juta orang menikah. Dari yang menikah itu, 1,6 juta hamil di tahun pertama,” kata Hasto seperti dilansir BBC News Indonesia.
Menurut Hasto, sebagian besar masyarakat Indonesia yang menikah dengan tujuan prokreasi yaitu memperoleh keturunan.
Meskipun demikian BKKBN mencatat ada kenaikan rata-rata usia menikah perempuan Indonesia, yaitu 22 tahun.
Biasanya mayoritas perempuan menikah pertama kali di usia 19-24 tahun, masih masuk dalam periode yang dianggap sebagai masa subur.
Hasto mengakui bahwa sebelumnya mayoritas pernikahan terjadi pada pasangan usia muda, kini trennya banyak pasangan yang menunda pernikahan.
Penyebab usia pernikahan mundur menurutnya karena banyak anak muda yang memilih menempuh studi, karier. Fenomena ini banyak terjadi di kota-kota besar.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono yang mewawancarai perempuan otonom berusia 26-30 tahun memilih tidak menikah karena lebih mengutamakan profesi. Alasan enggan berumah tangga karena melanjutkan studi dan ingin mengatur ekonomi dan hidupnya sendiri.
“Kemudian, mereka (orang tidak menikah) bisa mengelola waktu yang dimiliki, jadi kalau capek ya tidur dan tidak ada yang mengganggu,” jelas Drajat seperti dilansir kompas.com.
Drajat juga menyampaikan, keenganan generasi muda menikah karena mereka tidak mau terlibat dalam pertengkaran dalam keluarga.
Resesi Seks dan Bonus Demografi Indonesia 2045
Lalu bagaimana resesi seks dan bonus demografi Indonesia 2045? Kompas.com mencatat jumlah kelahiran pada 2022 mencapai 691.259 jiwa sedangkan jumlah kematian adalah 1.580.865 jiwa. Data dari Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 273.879.750 orang pada 2022.
Angka ini menunjukkan kenaikan jumlah penduduk sebanyak 2.529.861 jiwa dibandingkan 2020.
Data tersebut menunjukkan Indonesia memiliki tingkat kelahiran jauh lebih tinggi daripada Korea Selatan yang disebut mengalami resesi seks.
Indonesia sendiri diyakini akan menerima bonus demografi hingga 2045. Artinya, akan ada peningkatan penduduk usia produktif antara 16 hingga 65 tahun yang mendominasi Tanah Air.
Situs Menpan mencatat bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif.
Artinya ada ledakan pertumbuhan manusia Indonesia yang berbanding terbalik dengan potensi resesi seks. (aaa/PaluEkspres)