Dorong Perempuan jadi Motor Penggerak Damai
PALU,PE-Ada yang menarik dalam beberapa kasus perkelahian antar warga yang terjadi di beberapa wilayah di Kota Palu. Yakni keterlibatan ibu-ibu di dalamnya.
Sangat ironis, ibu-ibu yang seharusnya menjadi penyejuk dan penengah masalah, malah menjadi ‘anggota cheerleaders’ dari masing-masing kubu untuk menyoraki mereka yang terlibat dalam pertikaian itu.
Ini diungkapkan Sekkot Aminuddin Atjo ketika membuka pelatihan dan advokasi, mobilisasi untuk perempuan perdamaian dan keamanan, di Hotel Sutan Raja, Senin 7 September 2015.
“Saya amati, kalau ada anak-anak sedang berkelahi, itu disambut oleh ibu-ibu. Ini aneh, karena orang tua justru senang melihatnya,”kata Sekkot yang juga mengaku sering melihat hal itu karena kediamannya tepat di salah satu wilayah kelurahan yang bertikai.
Umumnya kata Sekkot akar pertikaian adalah hal-hal sepele yang kemudian dibesar-besarkan. Seperti misalnya perdebatan melalui SMS. Bahkan kata Sekkot, tidak jelas apa sebenarnya yang diributkan oleh kubu-kubu yang bertikai.
“Hingga kini kami tidak bisa menjawab apa sebenarnya penyebab konflik itu meski telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya,”kata Sekkot mewakili walikota dalam kegiatan itu, Senin 7 September 2015.
Namun, dia mensinyalir ada oknum tertentu yang menjadi otak di balik pertikaian-pertikaian yang bersifat musiman itu. “Analisanya begitu, warga ini sering disusupi,”ujarnya.
Kegiatan pelatihan bagi perempuan untuk perdamaian dan keamanan itu dihadiri dua narasumber yang berasal dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. Kegiatan pelatihan itu digelar bersama antar Pemkot Palu, UNDP,PTD-DA dan Libu Perempuan Kota Palu.
Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Palu, Irmayanti Petalolo mengatakan, kegiatan pelatihan itu dihadiri unsur organisasi perempuan se Sulteng. Tujuannya agar perempuan nantinya bisa menjadi motor penggerak perdamaian.
“Selama ini kan yang kita ketahui bersama perempuan selalu menjadi korban dari konflik. Nah, kegiatan ini merupakan bentuk tindak lanjut rencana aksi nasional sehingga kedepan perempuan bisa menjadi motor penggerak upaya perdamaian dan keamanan,”demikian Irmayanti.(mdi)