Oleh: Muhd Nur Sangadji
Pekan awal bulan April ini, saya mendapat tiga keluhan dari tiga alumni di perguruan tinggi yang berbeda.
Satu, dari fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako. Dua, dari FKIP jurusan Bahasa Inggeris, universitas Khairun. Tiga, jurusan pengolahan hasil bumi, Politeknik Palu. Ujung keluhan itu adalah kehendak mendapatkan pekerjaan.
Karena kami memiliki hubungan kekerabatan, maka saya ikut merasakan bagaimana kegalauan anak muda ini. Yakin, mereka bertiga hanyalah contoh saja.
Di luar sana, berjubel alumni sejenis yang kebingungan menemukan tempat untuk bekerja. Dari pada menjadi pengangguran, lebih baik mendapat kerjaan apa saja.
Waktu sekolah di Prancis, saya melihat kawan saya, gadis Perancis asli, sangat berbangga ketika memperoleh pekerjaaan.
Padahal, pekerjaannya berkatagori rendah (ukuran kita), yaitu “menjaga bayi” (gardien le bebe). Mengagumkan, karena gadis ini berasal dari keluarga berpunya. Sementara itu, negara Perancis ini bahkan punya tunjangan pengangguran yang besarnya per bulan hampir sama dengan bea siswa saya.
Anak- anak Jepang, akan berebut menjadi pekerja sosial (sukarelawan) sebagai ajang melatih diri menghadapi dunia kerja. Dan, dunia kerja juga menjadikan pengalaman sukarelawan sebagai satu prasyarat diterima menjadi karyawan. Bahasa lain dari pengalaman kerja.
Tapi, sukarelawan bermakna lebih dalam karena menyertakan aspek perilaku “berbagi”.
Sekarang, bagaimana kita menyiapkan anak-anak kita dari bangku sekolah hingga bangku kuliah.
Sekolah kita memberi apa? Ketika mereka dididik selama 6 tahun SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA dan 4 tahun perguruan tinggi. Ya, memberi apa? Jikalau, di ujung waktu itu, yang relatif 15-17 tahun, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Padahal, 17 tahun itu adalah waktu lama untuk membentuk manusia menjadi mandiri.
Di kampus IPB, guru saya memberi katagori kepada murid-muridnya dengan ungkapan filosofis orang Sunda. Ada kelompok mahasiswa yang menganut falsafah “Engke kumaha = nanti bagiamana?” dan kumah Engke = bagaimana nanti? untuk kelompok yang lain.