Program pendampingan yang telah dilakukan Japfa sejak bulan maret tersebut memiliki fokus untuk dilakukan dengan membentuk kader dalam dalam beberapa aspek perubahan. Pada tahap awal pendampingan, Japfa4 Kids membentuk
Duta Anak Sehat, Duta Makanan Sehat, dan Duta Lingkungan Sehat. Ketiga duta tersebut dipilih dari anak-anak dari setiap sekolah peserta. Setiap dari mereka memiliki tanggungjawab untuk membuat, merancang, dan menjalankan program di sekolah dengan mengajak dan menginspirasi teman-teman sebaya.
“JAPFA percaya bahwa perilaku yang ditularkan oleh teman sebaya memiliki dampak yang besar, karenanya upaya untuk mendorong perubahan harus meletakkan anak sebagai pelaku utama,” Jelas Artsanti.
“Guru berperan sebagai pendorong dan motor untuk membangun sistem yang lebih kuat di sekolah sehingga perubahan tidak hanya pada tataran perilaku tetapi juga terbentuk mekanisme sistemik di sekolah,” lanjutnya.
Setelah tiga bulan berjalan, Japfa melakukan evaluasi program dengan mengajak sekolah untuk mengukur bersama sejauhmana perubahan telah terjadi di sekolah mereka. Kegiatan evaluasi dilakukan selama dua hari dengan mengambil format kompetisi, sharing, dan eksibisi.
“Untuk mengukur kemajuan sekolah, kami mengajak komite dari masing-masing sekolah untuk sharing sejauh mana perubahan telah dilakukan dalam pelaksanaan manajemen tata kelola sekolah,” jelas Artsanti.
“Sedangkan untuk duta makanan sehat kami mengajak anak-anak untuk berkompetisi memasak namun dengan menggunakan bahan makanan hasil panenan dari kebun sekolah,” lanjutnya.
Kurang lebih tiga bulan lalu seluruh guru setiap sekolah telah mengikuti pelatihan manajemen tata kelola sekolah berbasis manajemen jepang (5S). Kemudian setelah selesai pelatihan, setiap sekolah diminta membentuk komite sekolah yang bertugas untuk mengawal perubahan di tingkat sekolah.
Sedangkan untuk anak-anak mereka mendapatkan yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan Duta Makanan Sehat selama pendampingan mereka diajak untuk mengelola kebun sekolah. Anak-anak diajak untuk mengenali sumber makanan yang mereka nikmati sehari-hari serta memahami komponen gizinya.
“Perubahan akan terjadi dan berlangsung terus apabila anak-anak memahami esensinya,” jelas Artsanti. “dengan secara langsung terlibat dan menjadi pelaku perubahan menjadi sarana untuk menumbuhkan kesadaran di benak anak-anak pentingnya PHBS dan konsumsi makanan bergizi,” imbuhnya.