PALU EKSPRES, PALU – Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng, hari ini Senin 25 September 2017, secara resmi membuka kegiatan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Provinsi Sulteng. Kegiatan tersebut merupakan perlombaan bagi para santri pondok pesantren (ponpes), dalam membaca dan memahami kitab-kitab kuning (kitab berbahasa Arab, bertulisan tanpa harakat-red).
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Sulteng, Dr. H. Kiflin Padjala menyebutkan, lomba tingkat provinsi ini, merupakan tahapan dari MQK tingkat nasional, yang akan diadakan di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah, pada akhir November 2017 mendatang.
“Lomba ini adalah lomba membaca kitab kuning, sebagai salah satu referensi ilmu pengetahuan agama Islam. Bagaimana kita memahami ajaran Islam, itu salah satu yang dibaca adalah kitab kuning. Jadi, bukan hanya Alquran yang kita Musabaqah-kan, dan yang terlibat seluruhnya merupakan santri pondok pesantren,” ujar Kiflin, saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Kegiatan ini menurut Kiflin, dapat menjadi salah satu jalan untuk melestarikan nilai-nilai ajaran Islam, yang terkandung dalam kitab-kitab kuning, yang merupakan karya dari para ulama Islam. Hal ini lanjutnya, juga untuk mencegah adanya oknum-oknum tertentu, yang ingin mengubah atau membuang sebagian isi kitab tersebut, sehingga dapat mengubah makna sesungguhnya.
“Inilah salah satu upaya kita, untuk menjaga nilai-nilai ajaran agama, terutama kitab-kitab fikih yang menjadi pegangan kita dalam beribadah, serta berbangsa dan bernegara. Melalui ini, kitab-kitab tua dan pernah ditulis oleh ulama-ulama terdahulu, bisa terjaga keasliannya, jangan sampai ada orang-orang tertentu yang membuang sebagian isi kitab, sehingga mengubah makna sesungguhnya,” jelasnya.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat lebih memasyarakatkan kitab kuning, atau pondok pesantren secara umum. “Apalagi sekarang ini, kita sedang menggalakkan dan mensosialisasikan, program ‘Ayo ke Pondok’ dan ‘Mari Membaca Kitab Kuning’ kepada masyarakat, untuk bagaimana dapat mencintai pondok,” imbuhnya.