Memberikan pemahaman kepada siswa SMA kata dia sangat efektif, sebab jika memahami betul nilai-nilai luhur bangsa maka mereka akan bijak apabila kelak mereka menjadi pejabat publik. Pihaknya sengaja memilih siswa SMA kelas akhir, karena usia SMA masih relatif bersih dari paham ekstrim.
Dengan demikian jika kelak lulus dan masuk Perguruan Tinggi, dimana eksplorasi berfikir semakin terbuka, mereka tak mudah lagi terpengaruh karena sudah mempunyai pemahaman yang memadai soal pilar dan konsesus kebangsaan.
Harus diakui kata dia, perhatian generasi muda pada nilai-nilai luhur bangsa adalah modal dasar munculnya generasi muda yang berkualitas, berkarakter dengan rasa nasionalisme tinggi dan gemar bekerja keras.
Pengetahuan siswa terhadap dasar-dasar dan prinsip bernegara diakui Muhidin cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari pertanyaan sedikitnya empat penanya. Para siswa menanyakan kasus Freeport sebagai kekayaan negara namun sebagian besar dikuasai oleh asing. Penanya lain menanyakan wacana pemindahan ibukota RI dari Jakarta ke Palangkaraya. Bobot dan materi pertanyaan para siswa ungkap antan Ketua KADIN Sulteng ini mengindikasikan kedalaman wawasan para siswa terhadap permasalahan bangsa ini.
”Pengetahuan macam begini menjadi modal mereka kelak bagaimana mengelola bangsa ini jika kelak menjadi pejabat publik,” kuncinya.
Di tempat yang sama, Kepala Sekolah SMAN 4 Palu, Samzaini SP.d, M.Si mengatakan, prestasi sekolah yang dipimpinnya pernah menjadi wakil Provinsi Sulawesi Tengah pada lomba Empat Pilar Kebangsaan di tingkat nasional.
Karena itu kata dia, pilihan Anggota MPR Muhidin Said menjadikan SMAN 4 Palu sebagai tempat sosialisasi konsensus berbangsa adalah pilihan yang tepat. Sosialisasi ini diikuti 130 siswa kelas XII dan 20 guru SMAN 4 Palu serta H. Fadel H Saman sebagai pemateri yang membawakan sejarah lahirnya Pancasila.
(kia/Palu Ekspres)