PALU EKSPRES, PALU– Kondisi mahasiswa saat ini yang pada umumnya tidak lagi begitu paham dengan Pancasila mengundang kegelisahan banyak pihak. Mahasiswa saat ini lebih cenderung menjadikan Pancasila sebagai hafalan dan jauh dari implementasi dalam keseharian.
Olehnya, sebagai Anggota MPR RI, Nurbawati Dewi Bantilan terpanggil untuk mengenalkan lebih jauh mengenai ideologi Pancasila kepada para mahasiswa dengan berinteraksi langsung di kampus-kampus mereka.
“Para politisi biasanya segan masuk ke kampus karena mahasiswa adalah generasi mileneal yang cerdas dan sangat kritis,” kata Nurmawati Dewi Bantilan mengawali paparannya pada dialog publik yang melibatkan civitas akademika STIE Panca Bhakti Palu di kampus STIE Panca Bhakti Palu, Kamis (9/8/2018).
Dialog publik yang bertema Pemantapan Ideologi Pancasila itu menghadirkan 3 pemateri, yakni Hj. Nurmawati Dewi Bantilan, SE, MH; Prof. DR. H. Andi Mattulada Amir SE, MSi serta Drs Noh Alatas MH.
Pada kesempatan tersebut, Nurmawati Bantilan menjelaskan, jika para politisi tidak segera masuk kampus untuk memberikan pemahaman kepada para mahasiswa mengenai pentingnya Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari hari, maka mahasiswa akan semakin jauh dari nilai-nilai Panca Sila.
“Dengan masuk kampus, akan ada ide ide cemerlang yang lahir dari mahasiswa dalam dialog ini,” yakinnya.
Peninggalan orde baru yang hanya mengenalkan Pancasila sebagai jargon semata tanpa ketauladanan, membuat mahasiswa tidak terlalu tertarik untuk lebih memahami lebih jauh mengenai arti dan makna ideologi Pancasila tersebut. “Ini tantangan bagi kita semua karena peninggalan terdahulu, Pancasila hanya sekadar dijadikan hafalan di sekolah-sekolah,” ungkapnya.
Tentu katanya, tidak semuanya harus dibebankan pada mahasiswa terkait kondisi ini. Semua pihak terkait harus dapat memberikan inspirasi bagaimana keteladanan adalah nilai dasar yang tidak terkurangi sedikit pun. Sebab, sekarang ini dikhawatirkan bahwa negara ini bukan lagi menjadi tempat bersemainya keteladanan.
Di negara ini, ada dua pilar besar yang sangat menentukan pengamalan nilai-nilai Pancasila, yakni pemerintah dengan struktur ASN-nya serta parpol dengan kader-kader partainya. Ketika proses perekrutan CPNS tidak sesuai dengan azas berkeadilan, maka akan sangat mempengaruhi pandangan generasi milenial, terutama kalangan mahasiswa mengenai arti dan makna pengamalan nilai-nilai Pancasila. Begitupula dalam proses perekrutan kader partai, ketika tidak menerapkan mekanisme aturan maka mahasiswa akan bertanya mengenai keberadaan Pancasila.
Sementara itu, Prof DR. H. Andi Mattulada Amir SE, MSi memaparkan pengamalan nilai-nilai Panca Sila dari tinjau ekonomi.
Prof Andi Mattulada mengawali paparannya dengan mengupas sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. “Saya yakin semua mahasiswa yang hadir di sini pasti hafal ini (sila pertama Pancasila), keterlaluan kalau tidak hafal,” seorohnya.
Prof Andi Mattulada menjelaskan, ketika Sila Pertama Pancasila ini sudah dihayati dan diamalkan dalam keseharian, maka tidak ada ada lagi penyelewengan yang terjadi di instansi pemerintah. Sebab, semuanya merasa ada yang mengawasi dan tidak akan berbuat di luar norma aturan yang telah ada. “Saya yakin, kalau sila pertama diamalkan, lembaga yang namanya KPK dan BPK akan segera ditiadakan karena sudah tidak ada lagi yang perlu diaudit karena setiap orang tidak ada lagi yang berani melakukan penyimpangan anggaran,” ujarnya.
Sebaliknya, selama nilai luhur Pancasila belum bisa diimplementasikan, maka pemberantasan korupsi tidak akan ada akhirnya.
Dialog yang diinisiasi oleh Anggota MPR RI Hj. Nurmawati Dewi Bantilan itu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dimana sebagaian besar mahasiswa tak mau melewatkan momentum ini untuk mengungkapkan uneg-unegnya terkait nilai-nilai luhur Panca Sila. (fit/palu ekspres)