Banyak Perempuan Menjadi Kepala Keluarga Pascagempa

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PALU – Gempa tsunami dan likuefaksi yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala, menyebabkan banyak perempuan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Di sejumlah titik pengungsian kepeloporan perempuan cukup sentral. Karena itu pelibatan perempuan untuk kegiatan ekonomi mikro menjadi penting.

Eva Bande dari KPKP Sulawesi Tengah, memandang perlu pelibatan kalangan perempuan di sector usaha kecil agar mereka bisa survive. Tidak hanya menghidupi dirinya tapi juga anggota keluarganya.

Bacaan Lainnya

Di sejumlah titik pengungsian, katanya, KPKP-ST melihat kepeloporan pengungsi perempuan menyiasati kesulitan hidup yang mengimpit. Dengan alat-alat pendukung dan bahan sederhana, kaum perempuan terlihat menjual pisang goreng, menjual dodol, kue-kue, abon ikan mujair, sampai hasil bumi yang dipetik dari kebun-kebun yang tersisa seperti buah jambu, mangga, ubi kayu, sayur terong, kangkung, dan lainnya.

‘’Meski sangat terbatas, dan dengan modal yang apa adanya, atau sekadar menjual buah dan sayuran dari sisa kebun, tetapi inisiatif kaum perempuan untuk mengatasi masalah ekonomi harus diapresiasi,’’ jelasnya.

Ditemui di sela-sela malam puncak kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan di Taman Gor, Senin 10 Desember lalu, aktivis perempuan ini menyebutkan, gempa dahsyat telah membuat perempuan harus mengambil alih peran sebagai pemegang kendali ekonomi keluarga. Banyak di antara mereka yang tiba tiba harus menjadi kepala keluarga. ‘’Inilah yang menyebabkan mengapa kami merasa perlu melibatkan mereka dalam kegiatan ekonomi kecil. Salah satunya memberi kesempatan membuka stand bazar pada mala mini,’’ jelasnya.

Dikatakannya, banyak problem yang harus ditaklukan perempuan dalam menginisiasi usaha-usaha alternatif. Misalnya, kelangkaan bahan baku akibat jalur transportasi dan distribusi akibat kerusakan jalan, jembatan serta Irigasi. Di sisi lain, rusaknya alat-alat kerja penunjang dan bangunan pasar yang tak layak pakai melengkapi problem kaum ibu dan masyarakat pada umumnya.

Memang kata dia, pasar yang ada di ibukota Palu sudah berfungsi. Tetapi ada hambatan-hambatan di sektor transportasi dan distribusi barang belum menunjang. ‘’Pada posisi ini perempuan perempuan itu harus menaklukan medan berat dari kebun ke pasar. Dan ternyata mereka bisa,’’ katanya bangga.

Pos terkait