Galian C dan Air Bersih pun Bisa Disuplai ke Ibukota Baru

  • Whatsapp

Oleh Hasanuddin Atjo (Kepala Bappeda Sulteng)

PASCA keputusan pindah ibukota oleh Joko Widodo 26 Agustus 2019 membuat sejumlah orang mendiskusikan prospek dan peluang bisnis serta kebutuhan pembangunan ibukota baru di Kalimantan Timur, tepatnya di irisan Kabupaten Kutai Kertanegara dan Panajam Paser Utara.

Bacaan Lainnya

Sulawesi Tengah dengan keputusan itu sangat diuntungkan karena wilayah bagian baratnya terutama Donggala, Palu, Tolitoli dan Buol berhadapan dengan Pulau Kalimantan dan dapat berperan sebagai supplier galian C, pangan, SDM bahkan air bersih.

Berdasarkan tahapan pembangunan Ibukota baru yang dilansir Bappenas, dibagi menjadi beberapa tahapan: (1) 2020 Persiapan Regulasi; (2) 2021 Penyediaan Lahan; (3) 2021-2024 Pembangunan Kawasan Inti; (4) 2022-2024 Pembangunan Kawasan; (5) 2024 Pemindahan Ibukota dimulai dan (6) 2025-2029 Pembangunan Kawasan Pendukung, dan (7) 2025-2045 pembangunan tahap akhir.

Tambang Galian C

Kota Palu dan Kabupaten Donggala memiliki deposit galian C yang besar dan berkualitas. Sejak lama dua wilayah ini menjadi supplier utama untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di Pulau Kalimantan. Rabu, 28 September 2019 Kepala Bappeda Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo didampingi Kabid Dalmonev Bappeda, Rivan Burase sempat berdialog singkat dengan Gubernur Longki Djanggola di Rujab Gubernur, sebelum beliau berangkat ke Balikpapan dalam rangka rapat kerja Asosiasi Pemerintah Provinsi, APSI.

Dalam dialog itu Longki Djanggola yang juga ketua APSI akan memberikan perhatian khusus terhadap peran Sulawesi Tengah bagi kebutuhan pembangunan dan bisnis lainnya di Ibukota Baru. Beberapa point penting yang dibahas antara lain bagaimana mekanisme supplier galian C lebih ditata lagi sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi daerah seperti mengembangkan industri precast (beton pracetak dan pratekan), termasuk mekanisme pasarnya; dampak lingkungan dapat diminamilisir antara lain bagaimana angkutan material dari sumbernya ke tempat penimbunan tidak lagi menggunakan dump truck, tetapi sudah menggunakan conveyer belt semi tertutup, sehingga tidak lagi menimbulkan dampak debu, merusak jalan karena meteraial yang tercecer dan beban terhadap jalan dari dump truck. Juga sekaligus mengurangi kemacetan poros Palu-Donggala yang mulai dikeluhkan oleh sejumlah masyarakat pengguna.

Pos terkait