Presiden Jokowi juga memberi perhatian terhadap masalah tenaga kerja ketika meresmikan sebuah Balai Latihan Kerja, BLK beberapa waktu lalu. Beliau mengatakan : ijasahmu tidak berguna bila engkau tidak mau membangun spirit dan tekadmu , tidak mau membangun mentalmu dan rasa ingin tau yang tinggi. Kita lagi bersaing dengan negara lain tentang kualitas sumberdaya manusia.
Peneliti senior LIPI, Sitti Zohra di Liputan6. Com tanggal, 30 Desember 2019 mengatakan bahwa persoalan Negeri ini bukan pada Radikalisme, tetapi lebih pada kondisi ketimpangan yang tinggi yaitu pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Karena itu ketimpangan itu harus menjadi salah satu prioritas dan perhatian Pemerintah Daerah dan Pusat, agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang lebih kepada ancaman disingtegrasi.
Tahun 2020 di sejumlah provinsi dan kabupaten/kota akan melaksanakan Pilkada, memilih kepala daerah dan wakilnya. Tentunya pasangan yang terpilih diharapkan mampu melahirkan generasi yang tahan banting, generasi yang “bukan kaleng-kaleng” seperti Tresya Silvana H, sarjana bahasa Inggris, si wanita penjaja “Kopi Bisa Pasiar” di kota Palu. Dibutuhkan sejumlah Tresya-Tresya lain yang lebih banyak lagi. Sumberdaya seperti Tresya tentunya akan memiliki banyak informasi, chalanges sebagai modal dasar untuk mengembangkan dirinya menjadi pelaku usaha yang besar dan sukses.
Politik transaksional yang selama ini masif berlangsung, dikuatirkan oleh sejumlah orang masih mendominasi proses Pilkada 2020. Kita semua berharap tentunya sudah tidak demikian lagi, sehingga akan melahirkan pemimpin daerah yang berkualitas (ada konteks dan kontent) yang antara lain mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, mampu membuka lapangan kerja, dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusive atau berkualitas.
Kesemua ini berpulang kepada sang pemilik hak suara dan sang pemilik hak usung. Tidak sekedar hanya memenangkan pertandingan. SEMOGA.