Ibadah Paskah di Tengah Duka Bangsa

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PALU – Ibadah Jumat Agung (paskah) yang jatuh pada Jumat 10 April 2020 berjalan tak seperti biasa. Ibadah yang masuk dalam kalender utama dalam tatanan iman kristiani itu, berlangsung tanpa kehadiran umat. Situasi ini berbeda dengan paskah pada tahun-tahun sebelumnya.

Tak ada seliweran umat yang memadati pusat peribadatan umat kristiani. Gereja yang bisa memuat ratusan anggota jemaat, bangku bangkunya terlihat kosong. Pekarangan gereja yang padat dengan kendaraan pun tampak lengang. Korps baju cokelat yang mengamankan lalulintas kendaraan tak satu pun terlihat. Di Pos jaga, hanya ada penjaga, yang dengan ramah mengarahkan kendaraan yang tampak hanya beberapa buah itu.

Bacaan Lainnya

Itulah pemandangan pada ibadah Jumat Agung di Gereja Imanuel Palu di Jalan Masjid Raya berseberangan jalan dengan Masjid Raya Baiturahim yang dalam dua jam kedepan akan menggelar ibadah salat. Tepat pukul 09.00 wita, Pendeta Resmina Patoro melangkah menuju altar. Pukul 09.00 adalah waktu yang disepakati oleh anggota jemaat GKST, saat warga gereja yang bernaung di bawah Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) itu, siap mengikuti ibadah paskah melalui interaksi virtual, di rumah masing-masing.

Langkah Pendeta Resmina tampak ringan menuju altar. Dari atas, ia menyapu seantero ruang gereja. Di sana, hanya ada bangku-bangku kosong, hiasan menggantung kaku di langit-langit. Di pintu masuk bagian utara, terlihat seorang perempuan muda mengapit injil siap mengikuti ibadah. Ia adalah satu-satunya anggota jemaat di dalam ruangan yang mampu menampung 300-an umat itu. Sisanya adalah para gembala jemaat serta teknisi yang menyiapkan livestreaming. Plus empat wartawan yang wara wiri mengabadikan setiap momen.

Saat ibadah dimulai, dua aplikasi yang melakukan livestreaming, Youtube dan facebook keduanya akun official Gereja Imanuel Palu mulai dijejali anggota jemaatnya. Di Facebook jumlah umat mencapai 250 orang. Sedangkan youtube official pengunjung langsung menyentuh 400 orang lebih. Jumlahnya makin bertambah saat ibadah berjalan.

Pemandangan di Gereja Imanuel siang kemarin sebenarnya jauh dari kesan peribadatan yang mestinya berjalan sakral. Pada situasi normal, jemaat duduk mengitari kursi yang didesain menyerupai salib. Suasana khidmat benar-benar hadir dalam perjamuan kudus yang hanya diikuti oleh anggota jemaat yang sudah diteguhkan (sidi) itu. Kemarin, di dalam gereja hanya ada 13 orang. Terdiri dari seorang perempuan, gembala jemaat dan pengiring musik serta petugas multimedia yang memastikan distribusi gambar ke berjalan baik. Walau diselenggarakan dengan cara yang tak biasa – namun menurut Pendeta Onesimus Lantagimus cara itu tak mengurangi substansi ibadah. ”Subtansi ibadahnya tetap dapat,” katanya kepada wartawan.

Pos terkait