PALU EKSPRES, PALU– Wali Kota Palu Hidayat mengatakan jumlah rapid test milik Pemkot Palu saat ini tinggal 3.026 kit. Terbatasnya jumlah rapid test ini tidak memungkinkan lagi untuk digunakan bagi semua pelaku perjalanan yang masuk ke Kota Palu.
Oleh sebab itu, Hidayat dalam rapat koordinasi bersama Forum Komunikasi Pemimpin Daerah (Forkompinda), Rabu 10 Juni 2020 menegaskan dalam upaya pencegahan penyebaran Covid 19 ke Kota Palu, maka seluruh pelaku perjalanan yang menuju ke Kota Palu wajib membawa keterangan non reaktif hasil rapid test dari daerah asalnya masing-masing.
“Jika tidak, maka dengan sangat terpaksa, dan kami mohon maaf sebaiknya jangan dulu ke Kota Palu,”kata Hidayat.
Dengan jumlah rapid demikian, Hidayat menyebut tidak mungkin cukup digunakan untuk seluruh pelaku perjalanan yang setiap hari jumlahnya mencapai ribuan orang. Sementara anggaran dalam APBD Pemkot Palu juga tidak lagi memungkinkan untuk pengadaan rapid test yang baru.
Menyusul adanya kebijakan penarikan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Alokasi Umum (DAU).
“90 persen DAK ditarik ke pusat. Yang tersisah tinggal DAK untuk kesehatan dan pendidikan. Bahkan DAU ditarik juga. Sudah begitu, sisa APBD murni kita diperintahkan lagi refocusing 50persen untuk tangani covid,”jelasnya.
Kondisi APBD Palu menurutnya sangat tidak mungki untuk dialokasikan lagi pengadaan alat rapid test. Terlebih kini harganya sudah berkisar Rp250ribu per buah.
“Jadi kalau kita mau rapid semua, negara sekalipun tidak mampu. Apalagi daerah. Karena harganya saat ini Rp250ribu. Mau ambil dana dari mana kita. Ini baru bicara rapid, bagaimana dengan PCR?,”tanya Hidayat.
Syarat rapid test non reaktif bagi pelaku perjalanan kata Hidayat merupakan kebijakan nasional yang dikeluarkan gugus tugas nasional Covid 19 dalam rangka percepatan penanganan wabah Covid. Edaran gugus tugas nasional tersebut telah diperpanjang hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Lebih jauh Hidayat menjelaskan, kewajiban membawa rapid test dengan hasil non reaktif sangat penting untuk melindungi masyarakat Palu.
Fakta, ujar Hidayat telah membuktikan bahwa, pelaku perjalanan inilah yang kemudian sangat berpotensi membawa masuk virus ke Kota Palu. Setelah sebelumnya gugus tugas berhasil mengendalikan penyebaran.