Oleh Hasanuddin Atjo
Perjalanan Palu-Lampung akibat dampak Covid-19 menjadi semakin panjang dan lama. Tadinya hanya sekali transit di Jakarta tanpa harus menginap, kini menjadi dua kali yaitu di Makassar dan Jakarta. Ditambah lagi, harus menginap semalam di Jakarta disebabkan disconnected flight.
Seperti biasanya, karena waktu sangat “longgar”, maka sengaja saya menulis sebuah artikel yang terkait model pembangunan yang lagi trend dan populer di sejumlah negara maju maupun berkembang dalam mengembangkan ekonomi di wilayahnya, yaitu sebuah model pembangunan berbasis kawasan dan berorientasi ekosistem bisnis.
Pembangunan model kawasan dan berorientasi ekosistem bisnis antara lain bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produk atau komoditas, karena dalam satu kawasan telah di rancang serta diintegrasikan semua kegiatan hulu dan hilirnya. Model seperti ini lagi populer dan telah banyak dilakukan di sejumlah negara seperti China, Thailand Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang akhirnya membuat daya saing komoditas meningkat.
Sulawesi Tengah adalah sebuah wilayah yang potensial dan dinilai ideal untuk dikembangkan dengan pendekatan kawasan. Dikarenakan provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan satu kota berada pada empat kawasan yaitu Selat Makassar, Teluk Tomini, Teluk Tolo dan Laut Sulawesi.
Kawasan Selat Makassar terdiri dari Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, sebagian Kabupaten Tolitoli. Laut Sulawesi terdiri dari sebagian Tolitoli, dan Kabupaten Buol . Selanjutnya teluk Tomini terdiri dari Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna dan sebagian Banggai. Dan terakhir adalah kawasan Teluk Tolo terdiri dari sebagian Banggai, Banggai Laut, Banggai Kepulauan, Morowali dan Morowali Utara.
Kabupaten dan kota yang berada di kawasan Selat Makassar dan Laut Sulawesi posisinya dinilai sangat strategis, karena berada di ALKI II, Alur Laut Kepulauan Indonesia. Dua kawasan ini ideal dikembangkan industri pangan; industri pariwisata; industri tambang galian C , serta penyedia SDM. Dan, nantinya antara lain berperan sebagai penyangga kebutuhan ibukota baru di Kaltim. Selain itu juga sekaligus berperan sebagai jembatan penghubung antara ibukota Negara yang baru dengan kawasan timur Indonesia (Maluku, dan Papua) melalui tol Tambu-Kasimbar di leher Pulau Sulawesi.