Bencana ; “La Periode De Retour”

  • Whatsapp
Nur sangadji. Foto: Dok

Oleh  Muhd Nur Sangadji

DI PESAWAT udara antara Palu dan Jakarta 5 Desember 2021, saya membaca dan menonton video tentang bencana kontemporer. Ada letusan Gunung Semeru di Jawa Timur. Ada gempa di Manado bulan lalu. Sekarang sedang dihantam ombak. Tapi, yang bersentuhan dekat dengan ingatan ku adalah terjangan ombak raksasa di pantai kota baru Ternate, hari kemarin. Tersentak, saya beri komentar singkat, ” la periode de retour”.

Bacaan Lainnya

La periode de retour itu bermakna, periode balik. Bencana memang sering begitu. Sekarang, Bulan Desember 2021. Bulan Desember itu dalam memoriku 40-an tahun silam, adalah saat bagi kami, menonton gulungan ombak raksasa. Air laut pada jarak sekira 50-an meter dari bibir pantai, tiba-tiba melambung tinggi. Bergerak berpacu-pacu menuju daratan. Tentu, bukan tsunami. Karena, tidak ada peristiwa pemicunya. Lagi pula kalau tsunami, biasanya hanya sekali dua kali datang. Ini, gerakan air berulang-ulang dengan intensitas tumbukan bervariasi. Penyebabnya berbeda. Kita mengenalnya sebagai ombak.

Ombak itu datang menghantam pantai kota baru Ternate. Tingginya bisa mencapai 10-15 meter. Ada rumah besar, milik keluarga Nikiyulu. Berada persis di bibir pantai itu. Tepatnya, sedikit di atas jalan.

Di rumah inilah kami selalu berkumpul sambil menonton ombak. Di sebelahnya ada Mes Angkatan laut, tempat kami sering main pingpong. Ombak itu tidak hadirkan rasa takut sedikitpun. Peristiwa itu malahan menjadi hiburan, lantaran banyaknya orang berkumpul. Ramai sekali.

Di samping kanan rumah keluarga Nikiyulu, ada toko kelontong. Pemiliknya bernama Aseng. Dari nama ini, pasti bukan orang Tidore, Ternate atau Makian. Beliau orang Indonesia keturunan Cina.

Kami tidak memanggil beliau secara khusus dengan sebutan Ko, sebagai identitas umum bagi warga keturunan Cina. Itu, karena sebutan Ko bagi orang Maluku Utara adalah jamak untuk panggilan bagi seorang Kakak. Jadi, identitas khas Cina ini lebur dalam kultur lokal negeri Kie Raha ini.

Satu waktu, ada kesebelasan Ambon bertandang ke Ternate untuk eksibisi melawan Persiter. Ada satu pemain gelandang tengah yang hebat. Dia anak muda keturunan Cina. Lupa namanya. Tapi, dia tampil sebagai bintang. Publik sepak bola Ternate amat mengaguminya. Sejak itu, Aseng menghasratkan anaknya menjadi pemain bola.

Pos terkait