H Sofyan Farid Lembah
JUMAT berkah kembali berjalan sesuai rencana. kali ini Ombudsman bersama Ngo Yayasan Komiu ke Dusun Sisere di Desa Labuan Toposo kabupaten Donggala untuk tunaikan janji, Jumat 27 Januari 2022.
Pemandangan indah sudah pasti menghadang dengan hamparan luas sawah penuh tanaman jagung menguning siap segera dipanen di kiri kanan jalan. Tanah eks Erfpacht peninggalan kolonial Belanda memang lahan subur yang kini diolah masyarakat. Gedung SPN Kepolisian dan rumah bangunan bertingkat mantan Bupati Morowali alm. Tato Masitudju satu persatu terlewati. Desa Labuan Toposo adalah desa yang tak bisa dilupakan.
Teringat 20 tahun lalu desa ini selalu menjadi pusat aktivitas sosial utamanya dalam program pendampingan Komunitas Adat Terpencil.
Setelah melewati balai desa yang ramai dipenuhi masyarakat penyandang disabilitas dan Lansia dalam proses perekaman KTP, saya langsung menuju titik sasaran ke dusun Sisere.
Suara air disaluran tersier yang deras adalah ciri khas menuju kawasan Komunitas Adat Terpencil ini. Jalan sempit menanjak berkelok terus dilewati hingga sampai diperhentian di pinggir sungai berarus deras yang harus diseberangi.
Kendaraan diparkir di pinggir sungai dan mulai kami menyeberangi sungai dingin ditemani Pejabat Kepala desa Labuan Toposo, Ilman yang juga penyandang disabilitas.
Sungai itu adalah gerbang dusun Tiku Bora sebagai pintu masuk ke Sisere. Dusun Asri suku Kaili Rai adalah permata desa di kawasan Hutan Lindung yang mulai terganggu dengan aktivitas pembalakan liar.
Ada apa di Sisere? Pragmatisasi kehidupan mulai merambah hutan kawasan. Dahulu dan hingga kini durian Sisere masih menjadi primadona hasil kebun masyarakat. Tapi itu tidaklah cukup. Kini pencuri kayu mulai berpetualang dengan alasan alternatif pemenuhan ekonomi. Ini harus dicegah sebelum semuanya bakal disesali generasi berikutnya.