Ramai-Ramai Bikin Program Food Estate, Diperlukan Desain

  • Whatsapp
Dr Hasanuddin Atjo/ istimewa

Oleh DR Hasanuddin Atjo

SEHARI sebelum satu Ramadan, di ruang tunggu keberangkatan gate 13 Bandara Soekarno-Hatta cukup ramai dibandingkan dari biasanya. Boleh jadi karena esok hari adalah Ramadan pertama, menyebabkan banyak yang kembali ke daerahnya untuk berpuasa awal yang sudah menjadi satu kebiasaan.

Bacaan Lainnya

Selain itu syarat terbang menjadi lebih simpel, terutama yang sudah vaksin ketiga atau vaksin boster. Tidak perlu lagi menunjukkan hasil negatif Covid-19 baik melalui tes antigen atau PCR (Polymer Chain Reaction) yang selama ini dinilai jadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah penumpang.

Boarding time masih satu jam lagi. Kursi di ruang tunggu hampir terisi penuh. Secara tidak sengaja saya bertemu dengan salah satu kawan asal Makassar dan telah bermukim lama di Jakarta. Dan dia langsung menyapa dengan gaya khasnya.

Hai bro Atjo!! Lama sekali kita tidak berjumpa? Apakah masih aktif di ASN? tanya kawan tadi. Sorry pak bos, hampir 2 tahun saya menjadi alumni Aparatur Sipil Negara dan kalau di Malaysia mendapat gelar alumni “laskar tak berguna”.

Kami berdua serentak tertawa lepas, membuat beberapa penumpang lain di sekitar, sempat melirik. Maklumlah sebagian orang Sulawesi jika berjumpa sahabat lama pasti agak ramai, dan tanpa menyadarinya bahwa kami berada di ruang publik.

*****

Bro!!, saya suka sekali membaca artikelmu di medsos. Dan menurut hematku pikiranmu itu sederhana dan mudah dicerna. Sekarang saya ingin tahu dan masih penasaran terkait program “Food Estate” dan saat ini di sejumlah daerah mulai ramai memprogramkannya dengan berbagai istilah namun bermakna sama dengan Food Estate.

Saya tidak langsung menjawabnya dan berkomentar; rupanya Pak Bos juga mengikuti perkembangan dari program peningkatan produksi dan ketahanan pangan kita yang masih bersoal. Pikir saya pak bos masih asyik dan terperangkap di dunia konstruksi sebagai spesialisasinya.

Dia tersenyum kecil, tidak memberi komentar sebagai tanda bahwa bahwa ingin segera diberi informasi terkait pertanyaan tadi. Dia anggap saya menguasai padahal sesungguhnya saya lagi mempelajari, mendalami tentang konsep Food Estate yang saat ini sedang ramai dibicarakan orang yang pro maupun kontra.

Seakan menguasai, saya katakan bahwa “Food Estate” adalah cara pengelolaan sumberdaya untuk memproduksi komoditi pangan dan mendistribusikannya. Dilaksanakan secara terintegrasi di dalam satu kawasan terkoneksi. Kemudian ada juga yang menerjemahkan Food Estate merupakan “Lumbung Pangan yang Terintegrasi”.

Terintegrasinya bisa vertikal dalam artian fokus satu komoditi namun terintegrasi dari hulu ke hilir. Dan kedua integrasi horisontal yaitu beberapa komoditi terintegrasi satu sama lain didalam satu kawasan terkoneksi, biasa diisebut dengan istilah “integrasi farming”.

*****

Pos terkait