Saatnya Genetik Jadi Basis Budidaya Udang Indonesia

  • Whatsapp
Dr Hasanuddin Atjo (kiri) bersamaRobin Antony Pearl/ Foto: Istimewa

*****

Di minggu malam, 17 April 2022 bertempat di salah satu restoran Seafood kota Makassar, Shrimp Club Indonesia Sulawesi Selatan mendapat kesempatan berdialog dengan Mr. Robin Antony Pearl dan Barry Amru Emirza API, terkait bagaimana upaya bisa keluar dari masalah penyakit yang melanda hampir seluruh pertambakan di dunia.

Bacaan Lainnya

Mr. Robin adalah salah satu pionir Breeding udang jenis Letapeneaus vanamae bermarkas di Florida, Amerika Serikat bagian Tenggara dan memulai bisnis induk udang sejak 6-7 tahun lalu yang kini sudah mengekspor induknya ke berbagai negara seperti China, India, Equador, dan Indonesia pada dua tahun terakhir.

Robin dalam karirnya berangkat dari seorang petambak di Florida, juga mengalami kendala serangan penyakit seperti di negara lainnya.
Awalnya, faktor lingkungan diduga menjadi biang kerok dari masalah itu. Setelah melaksanakan semua rekomendasi konsultan yang terkait perbaikan lingkungan, hasilnya tetap ada yang terserang penyakit.

Setelah berkunjung ke beberapa negara yang mengalami hal sama, kesimpulan Robin bahwa masalah utama ada di udangnya. Dari sini dibangunlah satu hipotesis bahwa “bagaimana membuat induk udang yang anaknya mampu beradaptasi dengan lingkungan dan penyakit”.

Kin bisnis Robin berkembang dan sudah terintegrasi mulai Breeding Center, Hatchery, Tambak Udang, Industri Prodessing dan Ekspor. Dan pengakuan bersangkutan bahwa tidak pernah berpikir salah satu bisnisnya adalah Breeding vaname yang membuat namanya jadi populer dan terkenal.

Pengorbanan Mr. Robin patut diberi apresiasi, karena mau berbagi dan menerima masukan bagi kemajuan industri perudangan dunia. Beliau sempat berkata bahwa upaya dia masuk ke bisnis genetik belum apa apa dibandingkan dengan genetik ayam, sapi dan lainnya yang telah bisa memproyeksi peningkatan produksi secara terukur.

Dikatakan lebih lanjut bahwa tanpa perbaikan genetik dan variasinya, maka dapat dipastikan akan sulit meningkatkan produksi secara kontinyu dan berkelanjutan. Inilah yang menjadi salah satu kunci bila Indonesia ingin menjadi terbesar.

*****

Secara umum diketahui ada dua galur yang menjadi nenek moyang Vaname di dunia, yaitu galur OI, Oceanic Institute Kona Hawai dan galur Equador. Kedua galur ini yang mendominasi Breeding Center di Amerika Serikat, yaitu Hawai dan Florida dengan galur Equadornya.

Galur OI Kona, telah mendominasi Breeding Center di dunia, karena dimulai dari lebih 15 tahun yang lalu. Sedangkan galur Equador baru dimulai beberapa tahun lalu. Dan kini di Indonesia ada dua galur yang beredar yaitu Kona Hawai dan galur Equador yang dikenal dengan API. American Penaeid.

Kedua galur ini berdasarkan hasil pengamatan maupun informasi sejumlah pelaku usaha tambak memiliki kelebihan dan kelemahan. Kona unggul dalam jumlah telur (fekunditas), memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, namun kurang dalam angka kehidupan (Survival).

Selanjutnya API, unggul dalam hal survival, pertumbuhan moderat dan jumlah telur lebih sedikit.

Para breder, galur Kona dan galur Equador pada saat ini mendalami riset untuk memperbaiki masing masing kelemahan untuk hal yang sama bagaimana ketersediaan udang sebagai bahan pangan dunia sebagaimana bahan pangan lainnya.

*****

Pos terkait