Ironi; Negara Agraris Dan Maritim Masih Impor Pangan

  • Whatsapp
Dr Hasanuddin Atjo/ Istimewa

Oleh Dr Hasanuddin Atjo

Presiden Jokowi dalam pembukaan Musrembangnas, Kamis, 28 April 2022, mengingatkan lagi kepada jajaran kabinetnya dan para kepala daerah, bahwa dalam memenuhi kebutuhan pengadaan barang dan jasa agar bisa mengurangi impor dan memanfaatkan produksi dalam negeri.

Memang fantastis nilai pengadaan barang dan jasa di tahun 2022, menghampiri angka Rp1500 triliun atau hampir 60 persen dari APBN, tersebar di sejumlah Kementrian dan Lembaga, Pemerintah Daerah serta BUMN yang selama ini dinilai banyak soal dalam implementasi.

Bacaan Lainnya

Jagung dan kedelai bisa ditanam, dan tumbuh di mana mana, namun volume dan nilai impornya masih gede dan seharusnya sudah bisa kita kurangi . Selanjutnya Jokowi kembali mengingatkan agar bisa membeli produksi di dalam negeri, membatu perputaran ekonomi di dalam negeri.

Evaluasi menunjukkan bahwa masih banyak komoditi yang harus impor guna memenuhi kebutuhan pangan didalam negeri antara lain beras, jagung, kedelai bahkan garam pun masih diimpor. Padahal negeri ini bergelar sebagai negara Agraris dan negara Maritim yang mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri.

Berdasarkan data BPS, tahun 2021, volume impor beras mencapai 407,74 ribu ton, senilai US$ 183,8 juta (RP2,65 triliun), dan volumenya naik hampir 15 persen dari tahun 2020. Dan memberi indikasi bahwa laju produksi lebih rendah daripada laju konsumsi.

Kedelai pada tahun 2021 diimpor sebesar 2,5 juta ton senilai US$ 1,48 miliar (Rp 21,32 triliun), dan meningkat 14,4% dibandingkan nilai impor 2020. Impor itu berasal dari negara paman Syam Amerika Serikat, Kanada, Malaysia, dan Singapura serta Australia.

Impor jagung, tahun 2021, sebesar 995,99 ribu ton meningkat sekitar 15 persen. Nilai impor sebesat US$ 297,3 juta atau Rp 4,28 triliun. Nilai ini meningkat 72,2% dibandingkan tahun 2020. Negara asal adalah Argentina, Brasil, Amerika Serikat, dan Thailand.

Pos terkait