Daerah “hinterland” untuk ibukota baru yang selama ini dianggap tertinggal, dapat dipacu berkembang. Sulawesi dan Nusa tenggara masuk dalam lingkaran pertama. Maluku dan Papua ada di lingkaran kedua. Ibukota membutuhkan apa dan wilayah-wilayah ini memberikan apa, atau sebaliknya dalam ikatan interkonektivitasnya.
Perlahan tapi pasti, semua Negara di dunia akan punya kantor kedutaan di Kalimantan. Itu artinya, selain petinggi negaranya, rakyat dan ushawannya pasti berseliweran kian kemari. Kebutuhan sekunder tapi penting untuk komunitas ini adalah rekreasi. Ini akan menggairahkan sektor pariwisata. Kawasan pariwisata yang menjual keaslian ekologi dan kebudayaan bisa menjadi incaran. Bali yang selama ini sudah terkenal, pastilah terus terjaga. Tapi, objek baru, terutama di wilayah timur Indonesia akan diserbu karena jangkauannya makin dekat, bertemu dengan rasa ingin taunya para petualangan mondial.
*****
Sekarang, tinggal berbenah dengan serius. Beberapa objek wisata yang sudah cukup populer bisa menjadi pemicu. Sebutlah Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Raja Ampat di Papua. Kepulauan Togean dan Danau Poso di Sulawesi Tengah. Serta, objek wisata sejarah dan pulau pulau kecil di Maluku dan Maluku Utara. Semua butuh energi saling support.
Dalam pariwisata itu, kekuatan promosi menjadi kata kunci. Namun, merawat potensi adalah substansi. Dan, keamanan menjadi nafas gerakannya. Promosi yang bagus dengan objek yang menarik tidak akan bermakna apa-apa, bila orang tidak merasa aman bepergian. Dan, keamanan terbaik adalah keamanan partisipatif. Yakni, keamanan yang semua warga merasa bagian dari tanggung jawab mereka. Aparatur yang responsif bertemu dengan warga yang aktif (active citizenship), akan lahirkan keharmonisan yang berkelanjutan.
Ini penting karena keamanan adalah penentu penghabisan. Belum lama ini ada peringatan perjalanan diterbitkan di situs web Departemen Luar Negeri AS bertanggal 25 April 2022. Ini adalah peningkatan kewaspadaan level 2 dari empat level peringatan. Warganya diingatkan untuk pertimbangkan kembali bepergian ke Sulawesi Tengah dan Papua karena kerusuhan sipil. Demikian tertulis di Peringatan Perjalanan AS, diakses detikcom pada Kamis (28/4/2022).
Kita pasti kaget, tapi tak perlulah panik. Jadikanlah sebagai pemicu untuk berbenah dengan serius. Agar tujuan besar bernegara (la raison d’etre d’une nation) benar-benar terwujud. Dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat Indonesia. Di negeri yang aman, tentram, sejahtera dan diridhai Ilahi Rabbi. (Baldatun, Taibatun wa Rabbun Gafur). ***
(Penulis adalah Associate Profesor bidang Ekologi Manusia di Faperta Universitas Tadulako)