Terkait hal tersebut, Dosen Fakultas Pertanian Untad ini juga menyayangkan, hingga saat ini, belum terlihat upaya dari Pemerintah Kota Palu, untuk melindungi pohon-pohon yang terletak di tengah-tengah Kota Palu.
“Kita belum melihat upaya dari pemerintah Kota Palu, untuk melindungi pohon yang ada di tengah-tengah Kota. Padahal, kita punya dinas yang bernama Dinas Lingkungan Hidup juga dinas terkait lainnya, tapi membiarkan pohon-pohon kita ditebang, oleh oknum-oknum tanpa ada larangan,” tuturnya.
Padahal, menurut Nur Sangadji, di beberapa kota lainnya di Indonesia, telah memiliki regulasi terkait, yang bertujuan untuk melindungi pohon-pohon di tengah kota, yang befungsi selain sebagai penyejuk, juga sebagai penyeimbang kandungan karbondioksida.
“Kalau kita lihat, di beberapa Kota di Indonesia, mereka melindungi pohon itu, antara lain dengan memberi tanda tertentu, sehingga masyarakat tahu bahwa pohon tersebut ada pemilikinya,” imbuhnya lagi.
Ke depan, Nur Sangdaji berharap, momen peringatan Hari Bumi Sedunia, dapat menggerakkan lebih banyak orang, untuk berbuat hal nyata, sebagai upaya melindungi bumi dan manusia, dari perubahan iklim yang terjadi.
“Hari Bumi ini tidak boleh diperingati secara seremoni saja, tetapi kita juga coba lakukan upaya yata. Dan kita harapkan juga, makin banyak pihak yang punya kepedulian, terutama bagi pemerintah, karena mereka yang diberikan amanat dari masyarakat, diberikan mandat oleh negara, dan tentu saja harus memberikan teladan kepada masyarakat secara keseluruhan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Divisi Sosial TELC, I Made Hermanto menambahkan, penanaman pohon yang dilakukan di lingkungan sekitar kampus, bertujuan agar bibit yang ditanam, nantinya bisa terus mendapatkan perawatan.
“Beberapa hari ke depan, kita juga akan melakukan penanaman di sekolah-sekolah, selain agar pohon tersebut dapat terus terawat, juga dapat menjadi bahan edukasi, bagi para siswa di sekolah,” tandas Made.
(abr/Palu Ekspres)