PALU EKSPRES, PALU – Sebanyak 151 mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) dari berbagai fakultas, diberi pelatihan Deradikalisasi dan Penguatan Nilai-nilai Sosio-Akademik (DePSA) angkatan IV, oleh Pusat Pengembangan (Pusbang) DePSA Untad, di salah satu hotel di Kota Palu, Sabtu-Minggu 21-22 April 2018.
Usai diberikan pelatihan, ratusan mahasiswa kemudian dikukuhkan sebagai kader alumni DePSA, yang nantinya dipersiapkan pada kepengurusan lembaga-lembaga kemahasiswaan. Pada kesempatan tersebut, para alumni DePSA angkatan IV dikukuhkan Wakil Rektor Untad bidang Akademik, Prof. Dr. Sutarman Yodo, yang hadir mewakili Rektor.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Sutarman menerangkan bahwa melalui pelatihan DePSA para mahasiswa di antaranya diberikan penguatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, sehingga ia berharap hal tersebut dapat membentuk karakter dan keperibadian mahasiswa.
Ia juga mengingatkan, bahwa kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di lingkungan kampus Untad, harus bernilai sosio-akademik, karena menurutnya habitat kampus adalah lingkungan yang bernuansa akademik.
“Kita adalah masyarakat kampus, yang dalam aktivitasnya selalu merujuk pada nalar-nalar akademik. Kalau kita mendapatkan masalah, tentunya harus diselesaikan dengan jalur nalar akademik. Kurang tepat kalau kita sebagai masyarakat kampus, menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan masyarakat di luar kampus,” terang Prof. Sutarman.
Ketua Umum Pusbang DePSA, Dr. Rahmat Bakri menyebutkan, pelatihan DePSA dilaksanakan untuk memberikan penguatan-penguatan, yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan pada mahasiswa, khususnya yang potensial menjadi pimpinan lembaga kemahasiswaan di Untad.
Selain sebagai penangkal paham-paham radikal di lingkungan kampus, ia juga mengungkapkan, Pusbang DePSA juga dibentuk sebagai respon atas kondisi internal kampus, yakni setiap tahun dihadapkan pada situasi masih banyaknya mahasiswa yang seharusnya sudah menyelesaikan studi tetapi justru terancam drop out, karena tidak bisa melaksanakan tahap-tahap perkuliahan tepat waktu, di antaranya disebabkan oleh kesibukan dalam berorganisasi.
Menurutnya, berorganisasi juga penting bagi para mahasiswa, karena banyak memberi nilai tambah dan kemampuan yang bisa digunakan, ketika terjun di masyarakat pada saat selesai kuliah.