PALU EKSPRES, PALU- Dua bulan sudah bencana di Palu berlalu. Perlahan, seluruh aktivitas kehidupan sudah menggeliat seperti sedia kala. Tak sedikit warga yang mulai menata puing- puing reruntuhan bangunan rumahnya. Bahkan mulai menggantinya dengan bangunan baru.
Pemandangan yang menggambarkan bangkitnya warga Palu dari keterpurukan itu mengundang rasa bangga Wali Kota Palu, Hidayat. Sekaligus memantik sedikit hal yang dia rasa cukup menganggu pikirannya.
Dari kegiatan bersih-bersih puing bangunan, banyak warga kata Hidayat yang membuangnya secara sembarang disana sini. Dengan tonase yang besar, sisa puing bahkan dibuang pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam sebuah perencanaan kawasan Pemkot Palu.
Misalnya di kawasan hutan kota Kaombona, Jalan Bukit Jabal Nur Kelurahan Talise Palu. Ditempat ini Hidayat mengaku sedang ditata untuk kepentingan banyak hal. Sebagai pusat wisata baru dengan berbagai fasilitas olahraga dan sarana publik lainnya.
Di tempat itu pula direncanakan menjadi titik relokasi pelaku UKM untuk mulai berusaha kembali. Para pelaku UKM yang tersapu tsunami di kawasan pantai.
Menurutnya sudah ada lapak bantuan donatur yang akan dipersiapkan sebagai pengganti lapak bagi pedagang kreatif lapangan (PKL) yang akan di tempatkan di seputar hutan kota. Termasuk mata lampu sebagai penerangan.
“Tapi sayangnya kini banyak buangan sisa bangunan disana. Bongkaran bongkaran yang besar. Tidak tahu siapa yang membuang. Kalau bisa jangan lagi buang disana,”katanya.
Padahal menurutnya Pemkot dan Satgas Kementerian PU-PERA telah bersepakat mengarahkan material sisa bongkaran untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Kelurahan Kawatuna.
“Kalau bisa buanglah ke TPA. Karena saat ini kita sedang membersihkan kota,”sebutnya.
Tidak mudah sebut wali kota memindahkan kembali buangan bongkaran yang demikian banyak menumpuk di kawasan hutan kota itu.
“Bagaimana kalau sudah begitu. Kami juga bingung untuk membuangnya kembali ke TPA. Karenanya sekali lagi kami mohon untuk buang ke TPA,”harapnya.
(mdi/palu ekspres)