Pascatsunami, Komunikasi dan Keterbukaan Modal Sukses Relokasi

  • Whatsapp

PALU EKSPRES- Komunikasi dengan masyarakat terdampak serta keterbukaan pemerintah terhadap pembangunan tanggul berlapis di Pantai Suzaki dan Nagahama menjadi salah satu kunci sukses relokasi masyarakat terdampak.

“Pemerintah harus terus membangun komunikasi, harus sabar dan tidak boleh bosan. Keinginan masyarakat ditampung saja dahulu. Setelah itu Pemerintah menjelaskan bagaimana desain dan kontruksi tanggul penahan tsunami, mau diapakan lokasi yang ada dibelakang tanggul utama dan di mana permukiman dapat dibangun,” kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulteng Dr. Hasanuddin Atjo mengutip pernyataan  Kepala Devisi Rekonstruksi Pemerintah Kota (Pemkot) Hagashimatsushima Kawaguchi, Takafumi saat kunjungan Hasanuddin Atjo bersama beberapa OPD wilayah terdampak bencana Sulteng ke Jepang.

Bacaan Lainnya

Menurut Atjo yang dihubungi dari Palu, Senin (11/11/2019) mengatakan, kunjungan ke Hagashimatsushima Kawaguchi Jepang atas fasilitasi JICA, 7 hingga 14 November 2019 tersebut untuk mempelajari tanggul penahan dari terjangan tsunami.

Konsep menghindari dari terjangan tsunami ini katanya, dinamakan pertanahan berlapis karena terdiri dari tanggul utama yang terletak di pesisir yang tingginya mencapai 7.2 meter, kemudian tanggul ke dua tingginya 4.2 meter. Di antara tanggul pertama dan kedua ada drainase yang fungsinya membuang air pada saat musim hujan dan jalur air masuk pada saat pasang laut.

Dibelakang tanggul utama dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas seperti pertanian, kegiatan bisnis lain yang tidak ditinggali. Perumahan dapat dibangun di belakang tanggul ke dua.

“Dengan pendekatan seperti itu, hampir semua masyarakat terdampak setuju untuk direlokasi ke tempat yang baru. Bahkan masyarakat yang ada di zona biru ( aman) juga ada yang minta direlokasi di kawasan pemumikiman yang baru karena lebih teratur, indah dan menarik,” kata mantan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng itu menggambarkan bagaimana respon warga Hagashimatsushima Kawaguchi terhadap konsep tersebut.

Desain tanggul utama Teluk Palu yang panjangnya 4.2 kilometer  dan tingginya 6,2 m banyak diinspirasi dari ahli-ahli Jepang yang telah menpraktikannya di Jepang pascabencana tahun 2011. Dan, juga desain yang diterapkan di Palo Philipina tahun 2015, di mana di atas tanggul utama ada jalan melingkar sehingga akses publik pemandangan ke arah laut tetap tersedia.

Pos terkait