Sedangkan pada kegiatan pengembangan SDM, kerjasama dan regulasi kata mantan Kepala Dinas Keluatan dan Perikanan Sulteng ini, adalah pengembangan pendidikan vokasi terkait program fokus Sulawesi Tengah 2020-2024, di antaranya industri pertanian, perikanan, kehutanan, pariwisata, pracetak, logam, minak dan gas. Kedua, peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan menekan angka stunting dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Ia juga berjanji akan meningkatkan kualitas kerjasama Badan Kerjasama Regional Sulawesi (BKPRS), serta membangun kerjasama Utara-Utara meliputi Tolitoli, Buol, Gorontalo Utara, Bone Bolango, Bolang Mongondo, sekaligus kerjasama kawasan Teluk Tolo dan kerjasama Teluk Tomini.
Belajar dari bencana 28 September 2018 serta bencana gempa sebelumnya yang menimpa wilayah Sulteng khususnya Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong, Atjo berjanji akan menjadikan Kota Palu sebagai pusat kajian kegempaan atau disebut Nalodo Center.
“Dukungan terhadap RTRW dan RZWP3K inter dan antar wilayah, secara umum dan secara khusus wilayah yang terdampak oleh bencana alam,” kata Atjo.
Dukungan terhadap aturan pungutan reklamasi bagi penerapan Perda RZWP3K disinggung juga Atjo pada paparan program kerjanya itu. Termasuk dukungan terhadap aturan bagi hasil pada sektor tambang, khususnya produk nilai tambah yang bersifat turunan.
Permasalahan Lore –Lindu dan Togean juga ia masukkan dalam program kerjanya melalui regulasi dan dukungan pengelolaan Cagar Biosfer.
“Sulawesi Tengah sebagai bagian dari Indonesia Maju tahun 2045, seyogyanya menerapkan filosofi kepemimpinan dan pembangunan Kereta Kuda,” kata Atjo sebelum mengakhiri paparan program kerjanya itu.