Mereka Tak Nampak di Alam

  • Whatsapp
Muh. Nur sangadji

Oleh  Nur Sang Adji

Artikel ini sudah lama saya tulis. Judulnya, mereka kecil kecil. Tapi, ketika virus corona merebak, saya temukan relevansinya. Lalu, saya meremajakan sedikit (rejuvenate) judulnya. Karena ternyata mereka bukan cuma kecil, tapi tak nampak. Maka, judulnya menjadi, mereka tak nampak di alam.

Bacaan Lainnya

Artikel yang lama itu saya tulis untuk merespon dua karib saya di Universitas Tadulako. Dr Aiyen Tjoa dan Dr. Nur Edy yang diundang untuk beri kuliah di Kamboja. Mereka dihadirkan sebagai “Guest Lecturer” guna berbagi pengetahuan dengan mahasiswa dan dosen di sana. Edy lalu memposting gambarnya dengan keterangan seperlunya. Saya sedikit terperanjat ketika Edy beri keterangan, “postur mereka kecil kecil”

Ya, mereka kecil-kecil. Kata-kata ini mengingatkan saya pada seorang sahabat, dosen senior bernama Sapri Darise. Waktu kami, Tim Faperta UNTAD pergi main bola di Desa Kabonga, Kabupaten Donggala, tahun 1990 an. Begitu kedua tim  berjejer masuk lapangan, Sapri Darise berbisik halus kepada saya. Pak Nur, tenang aja, “mereka kecil kecil”.

Pak Sapri mau membangun konfiden bahwa lawan yang dihadapi tidaklah terlalu berat. Orangnya kecil kecil. Mudahlah bagi kita untuk mengalahkannya. Walhasil, prediksi pak Sapri, benar pada awalnya. Sebab, begitu masuk lapangan, dengan cepat kami memasukkan satu gol. Kegembiraan meluap oleh pemain dan suporter. Kami makin percaya diri.

Tapi, berselang beberapa waktu kemudian, mereka mulai membalas. Dan, hasil akhir pertandingannya, skor menjadi 11 : 1. Dalam perjalanan pulang, ada kawan yang coba menghibur. Dia bilang, tim  kita berhasil mempertahankan skor. Artinya kita stabil, tetap di angka 1. Sedangkan lawan berubah terus dari nol hingga 11. Baru kami tahu, Desa Kabonga termasuk pemasok pemain Persipal Palu. Persipal kita ini sangat hebat di tahun 70 an hingga club sepak bola dari Amsterdam pun bertandang ke sini. Sayang, gloria historis ini hilang begitu saja.

***
Beberapa hari lalu, kami dari Fakultas Pertanian melakukan penyuluhan, juga di Kabupaten Donggala. Peserta yang orang dewasa, agak terlambat datang. Lalu kawan-kawan berinisitif mengundang guru guru SD terdekat. Saya meminta ikutkan muridnya juga. Maka, jadilah satu-satunya penyuluhan oleh fakultas Pertanian yang salah satu pesertanya adalah murid SD. Mungkin, tidak pernah ada sejak fakultas ini didirikan. Anak-anak ini saya pakai untuk mewakili diksi “kecil” yang jadi fokus tulisan ini.

Pos terkait