Pohon Kelapa di Lambang Sulteng

  • Whatsapp
Lambang daerah Provinsi Sulteng. Foto: Istimewa

Oleh Nur Sangadji

Begitu sibuknya kita atau mungkin akibat wabah Covid 19 sampai kita lupa. Lupa, kalau tanggal 13 April itu, hari lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah. Saya tahu, lantaran diberi tahu seorang sahabat, justru tepat di tanggal 13 April 2021.

Bacaan Lainnya

Biasanya, jauh tempo kita telah melihat Provinsi bersolek. Entah mengapa, sekarang tidak. Padahal, media informasi berseliweran banyaknya. Mulai elektronik, cetak hingga media sosial.

Bahkan, momentum tanggal 13 April kali ini, bertepatan dengan hari pertama kaum muslimin menyelenggarakan ibadah puasa. Sedikit bermakna sakral dan perjuangan. Sama dengan kemerdekaan negeri pada bulan Ramadhan. Artinya, menahan lapar untuk ibadah bukanlah alasan untuk bermalas malasan.


Di hari lahirnya Provinsi ini, seorang karib senior mengirimkan logo, gambar atau lambang Sulawesi Tengah. Di tengahnya ada gambar pohon kelapa yang berdiri tegak. Di bawah lambang itu, dia menulis begini. “Perhatikan, kelapa masih tegak tumbuh, tapi jumlah dan produksi kian menurun”.

Kalau ini benar, maka selama 57 tahun propinsi ini berdiri. Komoditi yang diabadikan dalam lambang resmi ini, makin terabaikan dari perhatian kita. Barangkali tidak berlebihan, bila secara kelakar, banyak kawan minta lambang itu diubah. Ada yang saran, diganti dengan tanaman perdu, Nilam. Ini tanaman yang sedang digandrungi petani. Namun, berefek deforestasi karena keperluan kayu bakar untuk penyulingan daun nilam.

Ada juga yang usul pergantian kelapa dengan buaya. Ini,
hewan melata yang membangun huntapnya di teluk Palu. Terutama, pasca tsunami tanggal 28 September 2018.


Saya termasuk yang tidak sependapat. Lambang kelapa adalah sejarah. Dia adalah cerita abadi. Meskipun, misalnya wujudnya telah sirna. Ini pelajaran bagi generasi. Dia menjadi cerita (story) bahwa di punggung tanah ini, nyiur pernah melambai. Dan darinya, nenek moyang kita menggantung harapan hidupnya berabad-abad.

Tapi, dia juga menjadi teguran (lesson learn) tentang kesalahan kita dalam merawat sejarah pada wujudnya yang hakiki. Kelapa harus terawat karena dia dipahatkan sebagai lambang daerah sekaligus identitas.

Pos terkait