Jejak Ekologisnya mesti dijaga. Aktor pelaksana bernama petani wajib diberdayakan. Minimal, dua hal ini yang dipelihara. Ruang alih fungsi dari kebun kelapa menjadi sawit, coklat, sawah dan infrastruktur lainnya perlu dipertimbangkan dengan matang. Tentang, kesesuaian agroklimatnya. Tentang komoditas substitusi atau komoditas yang tidak tergantikan. Tentang resiko bencana. Serta, tentang ekonomi dan kesejahteraan.
Dalam beberapa diskursus, banyak yang menganggap kelapa tidak lagi beri harapan. Nasibnya dikalahkan terutama oleh Sawit. Kampanyenya menyertakan jaringan pemilik modal mondial. Mulai dari isu lemak jenuh, kolesterol hingga devisa negara.
Bupati Buol, dr. Amiruddin Rauf, adalah contoh paling gigih dalam membela Kelapa Indonesia. Kami sering diskusi tentang perbandingan komiditas negeri. Terkadang orang salah membaca data yang tersirat.
Sawit sebagai contoh, bisa menyumbangkan 20 milyar dolar per tahun. Sementara, kelapa hanyalah 1,4 saja. Orang lupa berfikir bahwa luas kebun sawit telah mencapai 18 juta hektar. Sementara, luas kebun kelapa hanya sekitar 3 jutaan. Jadi, kalau dibandingkan maka angkanya menjadi 15/3 x 1,3 = 7,5 milyar dollar untuk kelapa. Meskipun tetap lebih kecil, tapi ada manfaat lain tidak terhargakan.
Kelapa memiliki keunggulan lain dari segi pemanfaatan langsung dan multi guna. Pengolahan kelapa tidak selalu memberikan nilai tambah (value added). Tapi tanpa pengolah, kita tidak bisa menikmati produknya bernama minyak kelapa asli yang harum aromanya. Dan, bila diolah untuk produk berkualitas serta berharga tinggi, Keuntungannya pasti berlimpah.
Bandingkan, 1 biji kelapa tua, 7.500 rupian. 1 biji kelapa muda 15.000 rupiah. 1 kg kopra = 4 biji kelapa, 19.000 rupiah. Coconut virgin oil, 10 biji untuk 1100 ml seharga kurang lebih 200.000 ribu rupiah. Asam laurat, untuk 1 kg seharga 90 ribu rupiah. Intinya, manfaat ekonominya menjanjikan. Kita tinggal mengatur peruntukan wilayah dengan variasi komuditinya. Tinggal kita, mau atau tidak.
Karena itu, kita berharap kepada gubernur baru, bupati dan walikota baru. Menjadi pembawa energi baru untuk mempertahankan lambang negeri Tadulako ini, tetap relevan dengan fakta di alam nyata. Dirgahayu ke 57 Provinsi Sulawesi Tengah…