PALUEKSPRES.COM, ARKANSAS – Setelah perjalanan darat dan udara selama 31 jam lebih dari Cuiaba, Brazil ke Arkansas, Amerika Serikat, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman langsung melakukan Briefing saat tiba di bandara Little Rock, Sabtu 14 September 2024 pukul 10.30 pagi (GMT -5).
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA UNHAS) ini meninggalkan arena G-20 Agricola Ministerial Meeting menuju Arkansas untuk melihat langsung sistem pertanian modern di Arkansas.
Negara bagian Amerika ini memiliki luas lahan pertanian padi 600 ribu Hektar yang dikelola dengan sistem pertanian modern.
Dalam ruang rapat milik otoritas bandara, tak kenal lelah, Mentan Amran langsung meminta laporan dari Desrial, tenaga ahli menteri yang mendahului tiba di Arkansas untuk survei awal.
Dari laporan Desrial didapatkan info bahwa pertanian modern di Arkansas dijalankan dengan sistem keluarga di mana petani tidak menyewa tenaga kerja lagi karena telah dikelola menggunakan alat mesin pertanian modern.
Rata-rata petani memiliki lahan 4.000 acre yang setara 1.600 hektar.
Produksi rata-rata perhektar menurut report Kementerian Pertanian Negara Bagian Arkansas 9,3 ton per hektar.
Sistem yang sangat berbeda adalah petani di Arkansas mengolah dalam keadaan kering, lalu benih ditanam.
Setelah tumbuh baru diberi air (diairi), dikarenakan faktor musim di mana saat musim dingin gulmanya mati dan bekas tanaman telah membusuk.
Jadi setelah masuk musim semi, mereka mengolah tanah tanpa perlu mengairi lagi.
Sebelum diolah calon-calon gulma yang akan tumbuh disemprot dengan herbisida.
Mendapatkan laporan ini Mentan Amran lalu berkesimpulan bahwa cara bertani yang jauh berbeda karena faktor musim ini memang berbeda dengan Indonesia yang berada di daerah tropis.
Namun sistem penggunaan alat mesin pertanian modern mereka dapat diterapkan kelak di Indonesia.
Diketahui saat ini Kementerian Pertanian berjuang untuk mencapai swasembada dan visi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dengan melakukan target cetak sawah sebanyak 3 juta hektar.
Jika menggunakan tenaga manusia, maka program ini akan membutuhkan 6 juta tenaga kerja.