Saat Nelayan Berjuang Meraih Martabatnya

  • Whatsapp
NELAYAN BERDAYA - Nelayan di Desa Tompe sedang meminta pukat di Pantai Tompe - Ahad pekan lalu (f-kia)

Selain Arham, nelayan lainnya, Asmaun pun menimpali. Kehidupan mereka berangsur membaik pascadatangnya bantuan perahu dari KIARA. Pemerintah katanya bukannya tidak memberikan bantuan perahu. Namun dibandingkan perahu dari KIARA bantuannya lebih banyak membuat nelayan seperti dirinya tidak perlu mengantre terlalu lama untuk mendapatkan bantuan.

Tak hanya bantuan perahu, organisasi ini juga memberikan pengetahuan soal mitigasi bencana. Kota Palu dengan intensitas gempa yang cukup tinggi, pengetahuan soal bencana ungkap dia menjadi penting. Lebih jauh Asmaun menambahkan, setelah KIARA mengucurkan bantuan kepada nelayan di Teluk Palu, maka ia meminta ada kepedulian pemerintah, terkait keberadaan nelayan di kawasan itu. Menurut bapak tiga anak ini, ada dua persoalan serius yang saat ini penting segera diatasi.

Pertama adalah soal pembuatan dermaga tambatan perahu nelayan. Pembangunan tanggul tsunami yang membatasi akses ke darat, membuat nelayan kesulitan menambatkan perahu. Malah, sudah ada perahu bantuan yang rusak dihempas ombak karena tidak ada tambatan di darat. Kedua katanya, adalah keselamatan nelayan.

Keberadaan hewan reptil di pesisir Teluk Palu membuat keselamatan mereka terancam. ”Sudah ada beberapa orang dan nelayan yang menjadi korban gigitan buaya,” curhatnya di depan wartawan di Teluk Palu, akhir pekan lalu.

Tak hanya nelayan di Pantai Talise Teluk Palu. Nelayan Pantoloan Boya juga menikmati faedah berlipat setelah kehadiran perahu dari KIARA tersebut. Didukung alat tangkap yang memadai, perahu, mesin dan pukat, nelayan di daerah paling utara Kota Palu, bisa melipatgandakan tangkapannya.

Sebelumnya dengan perahu kecil hanya bisa memperoleh empat termos ikan dijual senilai Rp400 ribu per termos. Kini dengan perahu besar panjang sekira 12 meter lebar 1,2 meter, daya jelajah relatif jauh. Hasil tangkapannya pun besar. ”Semalam di laut bisa dapat 8 termos. Ikan ikannya juga besar. Dijual Rp500 – Rp600 ribu per termos,” ungkap Muhamad Ali semringah. Dengan hanya satu anak dan seorang istri, Muhamad Ali mengaku bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.

Tak hanya nelayan, pengepul juga mendapatkan keuntungan dengan kehadiran perahu bantuan tersebut. Ini diakui oleh Riana (40). Ia membawahkan sekitar 16 perahu nelayan yang kesemuanya bantuan dari KIARA. Nelayan nelayan tersebut, ia bantu lagi dengan es, BBM dan keperluan lainnya. Riana yang bersuamikan pelayan itu lalu membeli ikan nelayan koleganya berkisar Rp400 ribu hingga Rp600 ribu setiap termosnya.

Pos terkait